Monday, September 20, 2010

Obsesi Cilik

Sejak kali pertama melihat ‘aksi’ seorang anak yang mengamen di angkot yang kami tumpangi di Depok, Hilmi nampak serius memperhatikan. Perhatiannya tertuju pada anak tersebut hingga ia turun dari angkot. Sejak saat itu, Hilmi menyimpan kekaguman akan penampilan seorang pengamen. Ia pun kadang-kadang nampak meniru aksi pengamen dengan mengambil mainannya yang mirip gitar dan bernyanyi-nyanyi menggunakan mainan itu. Kala itu, ia hanya punya satu obsesi, ingin jadi pengamen. Alasannya sederhana, pengamen punya banyak uang, seperti yang sering dilihatnya di atas angkot.

Kemarin, ketika Hilmi ikut dengan Abi & Ummi pada acara Halal bi Halal di Klub Pesona Kayangan, Margonda, ia punya obsesi baru. “Mau atur-atur mobil”,ujarnya ketika ditanya tentang alasannya dengan obsesi barunya itu. Saat keluar dari pintu gerbang Pesona Kayangan, Hilmi melihat ‘aksi’ seorang tukang parkir. Beberapa lama setelah mengamati tukang parkir tersebut, ia pun menirukan ‘gaya’ Si tukang parkir. Tangannya digerak-gerakkan layaknya sedang mengarahkan kendaraan yang mau parkir. Semua gerakan tangan Si tukang parkir ditirunya karena ia anggap sebagai bagian dari aksi seorang tukang parkir. Bahkan ketika tukang parkir tersebut menggaruk-garuk hidungnya karena gatal, Hilmi pun melakukan hal yang sama, hehehe...

Beberapa pekan sebelumnya, Hilmi juga pernah terkagum-kagum akan profesi sopir angkot, Hilmi sempat meniru-niru gayanya. Ia berteriak-teriak dari atas angkot “Pal..Pal…Pal..Pal…” Kemarin, ia kembali menirukan gaya sopir angkot yang kami tumpangi. Ketika Sang sopir berteriak-teriak mengajak orang naik ke angkotnya, secara spontan ia ikut teriak. Kali ini sambil menggerak-gerakkan tangannya. “Pal..Pal…Pal..Pal…”, teriaknya yang mengundang tawa penumpang lainnya yang ada di angkot tersebut.

Keinginan Hilmi untuk menjadi pengamen dan sopir angkot dikarenakan melihat mereka bisa mendapatkan uang dari hasil kerja mereka. Dalam benak Hilmi, dengan menjadi pengamen atau sopir angkot, seseorang bisa punya uang. Bahkan dengan jadi pengamen, anak kecil pun sudah bisa dapat uang. Tapi dengan ‘profesi’ tukang parkir, Hilmi tidak melihat dengan sisi keuntungan financialnya. Ia punya pandangan lain. Ia mengamati ‘kepatuhan’ semua pemilik kendaraan kepada Si tukang parkir saat mengarahkan kendaraan mereka. Sebagai pengagum semua jenis kendaraan, tak heran jika Hilmi ingin menjadi orang yang bisa mengatur lalu-lalang kendaraan-kendaraan itu.

Obsesi-obsesi sederhana Hilmi itu tidaklah mengkhawatirkan Abi & Ummi. Biarlah Hilmi mengeksplorasi dirinya dengan apa yang diamatinya. Seiring berjalannya waktu, kelak ia dapat menentukan cita-cita yang sesungguhnya tepat bagi dirinya.

Depok, 20 Sept 2010

[+/-] Selengkapnya...

Keluarga NHA

Keluarga NHA