Wednesday, January 28, 2009

Alasan-alasan yang Menggelikan

Cerdas. Itulah salah satu alasan kebanggaan orangtua terhadap anaknya. Apalagi kalau kecerdasan itu ada dalam "8 jenis kecerdasan"nya Howard Gardner, pencetus teori Multiple Intelligence. Tapi, kadang-kadang anak-anak menampakkan jenis kecerdasan lain. Itulah yang diperlihatkan Nadya dan Hilmi sepekan terakhir ini.
Pada Nadya, kecerdasan 'tambahan' itu agak negatif sifatnya. Kami biasa menyebutnya sebagai bentuk 'kalasi', sejenis akal-akalan untuk menghindar dari sesuatu yang dianggap merugikan.
Saat ini, mainan Nadya & Hilmi makin banyak. Sekali main, bukan hanya satu jenis mainan yang dihamburkan, tapi kadang-kadang beberapa sekaligus. Akibatnya, ruang keluarga dan ruang tamu sering nampak berantakan sekali. Kalau mainan itu sudah tidak dihiraukan lagi, seringkali kami meminta mereka berdua untuk merapikannya kembali, memasukkan dalam tempatnya masing-masing. Saat itu Nadya mulai 'kalasi'. "Saki' kakiku ummi. Hilmimo saja pungut mainan", ujar Nadya. Atau dengan kalimat dan alasan lain. "Ayomi Hilmi, beleskan mainan. Saya pegang dosnya saja".
Di didi lain, Nadya juga makin memperlihatkan kecerdasan verbalnya, kecerdasan berbahasa. Baru-baru ini, ada sedikit kelebihan rezeki untuk beli mainan baru. Anak-anak pun telah dijanji untuk beli mainan. Waktu makan siang tiba, mereka disiapkan untuk makan siang. Sayangnya, mereka lagi malas makan, sehingga menolak diberi makan. Ummi coba mengancam. "Kalau tidak makan, tidak usah beli mainan. Pilih mana?", ancam ummi. Serta-merta Nadya menjawab,"Tidak usah makan, beli mainan saja". Nah, pilihan yang sulit, kan?
Hilmi lain lagi. Sejak tiga hari yang lalu, dia tidak mau gosok gigi kalau mandi. Kami kurang tau persis penyebabnya. Mungkin lagi ngilu terasa ketika disikat. Untuk memancing kemauannya, kami lagi-lagi mengancamnya. "Tidak boleh minum susu kalau belum sikat gigi", ancam abi tegas. Dalam usianya yang baru genap 2 tahun, Hilmi menjawab tak terduga,"Cudah gagah Hilmi, tidak usah cikat gigi". hehehe...spontan kami tertawa.


[+/-] Selengkapnya...

Thursday, January 22, 2009

Saling berebut Saling membela

Nadya dan Hilmi sering berebut mainan. Itu wajar. Mereka masih anak-anak. Mereka juga sering membantu satu sama lain. Itu wajar. Mereka bersaudara. Mereka pun saling berempati. Lagi-lagi itu wajar. Mereka sedarah-sekandung.
Kalau beli mainan, seringkali kami sengaja bedakan karena Hilmi laki-laki sedangkan Nadya perempuan. Ketertarikannya berbeda. Nadya suka boneka dan mainan masak-memasak. Hilmi suka mobil-mobilan melebihi yang lainnya. Untuk jenis mainan berbeda seperti itu kami hanya beli satu.
Ada juga mainan yang harus kami beli 2 buah. Satu bola untuk Nadya dan satu untuk Hilmi. Warnanya berbeda agar bisa diidentifikasi kepemilikannya. Pensil dan buku juga kami beli 2 atau lebih.
Namun demikian, rebut-rebutan mainan atau alat tulis tetap saja terjadi. Mereka sering berebut untuk 1 jenis mainan atau untuk 1 jenis alat tulis. Kalau sudah begitu, abi dan ummi harus turun tangan. Bahkan seringkali abi marah berlebihan pada salah satunya terutama pada sang kakak (Nadya). Nah, kalau Nadya sudah nangis karena dimarahi, Hilmi merelakan mainan yang tadi diperebutkan diberikan pada kakaknya. Tidak hanya sampai di situ. Hilmi melanjutkan dengan berteriak keras pada abi untuk menunjukkan bahwa dia marah pada abi karena memarahi kakaknya.
Pada kesempatan lain, Hilmi yang berebut mainan dengan temannya kebetulan tidak dapat mainan itu. Nadya bereaksi dengan membela adiknya sambil mencoba mengambil mainan itu dari tangan teman Hilmi.
Itulah bentuk saling membela di antara mereka.

[+/-] Selengkapnya...

2 tahun Hilmi bersama kami

Rabu kemarin (21 Januari), Hilmi genap berusia 2 tahun. Tentu banyak yang telah berubah dari kondisinya setahun lalu. Alhamdulillah, makin nampak wajah tampannya dan makin mirip dengan wajah kakaknya. Kapasitas otaknya pun makin banyak terisi. Postur tubuhnya sudah nampak membaik karena tidak malas makan lagi.

Setahun lalu Hilmi memang sudah memiliki face laki-laki bahkan sejak lahir sudah ada. Namun wajahnya belum mirip siapa-siapa. Dia tidak mirip abi ataupun ummi, juga tidak mirip Nadya. Kini Hilmi makin tampan (ciee...) dan makin mirip dengan Nadya. Selain itu wajah Hilmi merupakan perpaduan antara wajah abi dan ummi.
Gerak-gerik Hilmi sekarang dengan yang lalu juga beda. Dia makin licah. Lompat sana lompat sini tanpa khawatir akan jatuh. Manjat sana manjat sini tidak peduli peringatan abi-ummi.
Belakangan ini Hilmi punya kosakata khas. De'do dan pa'do adalah dua kata yang sering diucapkannya. Kalau ada yang tanya dan dia tidak bisa jawab, dia sebutkan kata itu. Kalau sedang menghitung tapi agak malas, dia lanjutkan dengan kata itu. "satu..dua..tiga..de'do.." ujarnya malas-malasan. Apalagi jika kata-kata itu direspon (dengan tertawa, misalnya), maka Hilmi akan mengulang-ulangnya beberapa kali. Pikirnya kami suka dia bilang begitu.
Met ultah anakku...jagoanku..Tumbuhlah besar. Tidak lama lagi abi akan ajari kamu memanah, berenang, dan menunggang kuda. Kamu adalah salah seorang prajurit yang disiapkan untuk perjuangan kita.

[+/-] Selengkapnya...

Monday, January 12, 2009

Menyeleksi Tontonan Buat Anak

Nadya & Hilmi nonton sinetron/film dewasa? Tidak akan. Itu tontonan jelek menurut mereka. Tentunya atas bimbingan abi dan ummi sebelumnya. Tapi sejak awal sudah di-opinikan seperti itu. Dan...alhamdulillah, berhasil.
Opini anak-anak kita bisa kita tentukan sejak dini. Opini tentang tontonan misalnya. Anak-anak bisa kita arahkan untuk memandang sebuah tontonan baik atau jelek, bergantung pada kita.

[+/-] Selengkapnya...

Bagaimana Nadya belajar angka dan huruf?

Sudah sejak lama abi/ummi beli fasilitas belajar angka dan huruf untuk Nadya dan Hilmi. Ummi beli mainan huruf & angka dari bahan karet berbentuk bujur sangkar. Abi beli media belajar membaca ala Glenn Doman. Sayangnya, kedua fasilitas itu belum banyak membantu Nadya (khusunya) untuk belajar huruf/angka. Baru beberapa hari belakangan ini, Nadya berminat mendalami belajar huruf dan angka.
Ummi memulai dengan memperkenalkan beberapa huruf yang mudah dihafal. Alhamdulillah, berhasil. Nadya kenal huruf 'I, O, W, M'. Nadya juga belajar mengenal huruf dari tayangan "Jalan Sesama" salah satu stasiun tv swasta. Suatu hari, 'Jabrik', salah satu tokoh dalam acara tv tersebut memperkenalkan 'huruf B'. Katanya, 'huruf B' itu mirip kacamata. Ternyata terekam baik di otak Nadya.
Ummi juga mengenalkan beberapa angka, seperti angka 1, 7, dan 9. Saat melihat 'angka 6' Nadya bilang itu 'angka 9'. Mungkin karena mirip. Akhirnya ummi jelaskan bahwa 'angka 6' itu bukan 'angka 9'. "Kalau angka-sembilan dibalik (sambil memperagakan), jadi angka-enam", begitu ummi menjelaskan.
Baru-baru ini, Nadya memperlihatkan 'angka 0' pada ummi. "Sepuluh ummi, sepuluh", kata Nadya bangga sambil memperlihatkan 'angka 0' pada ummi. Kali ini, ummi menjelaskannya dengan cerdas seperti ini: Ummi mengambil 'angka 1' dan 'angka 0'. Lalu ummi menjelaskan, "Ini angka-satu, ini angka-nol. Kalau digabung...jadi sepuluuuh". Nadya gembira. Sejurus kemudian angka-sepuluh pun dikenalnya. Waktu abi pulang ke rumah, Nadya langsung mengenalkan 'angka-sepuluhnya' pada abi.


[+/-] Selengkapnya...

Dimarahi, Hilmi Melempar

Menjelang ultahnya yang ke-2, Hilmi makin banyak gerak. Gerak yang khas laki-laki; manjat, melempar, jungkir, dan sebagainya. Dia melempar apa saja dan siapa saja. Dia juga melempar kalau ditegur/dimarahi.

Kalau dulu Hilmi nangis atau diam-menunduk kalau dimarahi, sekarang lain. Kalau dimarahi atau ditegur, dia diam sejenak sambil menatap orang yang memarahinya. Sesaat kemudian, dia mengambil sesuatu lalu dilemparkannya pada orang tersebut. Itulah Hilmi sekarang.
Hilmi memang lagi senang menggunakan tangannya. Kadang hanya bermaksud iseng. Mainan yang sedang dipegangnya dilemparkan pada Nadya atau ummi/abi. Bahkan sering tiba-tiba memukul dada, kepala, atau bagian tubuh abi lainnya saat sedang duduk-duduk sambil nonton.


[+/-] Selengkapnya...

Saturday, January 3, 2009

Ultah ke-3 Nadya

Tiga hari yang lalu, Nadya menginjak usia 3 tahun. Banyak perubahan telah terjadi pada diri anak sulung dari pasangan abi dan ummi itu. Ada perubahan yang berlangsung cepat dan ada yang butuh proses agak panjang dan waktu cukup lama.
Kalau bicara, susunan kalimatnya sudah lumayan teratur.
Sekarang, Nadya makin intens belajar menulis dan mengenal huruf dan angka. Apalagi sejak dia punya meja belajar sendiri.
Sebelum punya meja belajar sendiri, dia berinisiatif sendiri mencari tempat belajar. Biasanya dia mau menulis di atas meja sambil duduk di kursi. Motivasinya kuat untuk belajar menulis. Ini terbukti dari kreativitasnya mencari tempat duduk. Suatu saat pakai sofa. Karena kurang pas dengan mejanya (meja dan sofa hampir sama tinggi), dia coba tempat hiasan dari bahan porselin, kebetulan agak besar. Kalau sudah bosan, kadang-kadang pakai kotak tempat mainan yang dibalik.
Belum lama ini, ummi meminta meja belajarnya waktu masih SD yang ada di Bulukumba agar dibawa ke Makassar. Kebetulan Om Iwan ada di Bulukumba. Akhirnya meja belajar itupun tiba di BTP. Nadya sangat senang memiliki meja belajar, meskipun bekas dipakai ummi dulu. Mejanya lumayan tahan, dipakai oleh 2 generasi. Semoga, meja belakar itu bisa mencetak Ketua-ketua OSIS yang baru seperti ummi dulu, aamin...
Met ultah, anakku. Semoga kamu tumbuh menjadi anak shalihah kebanggaan abi dan ummi. Kita tidak memeriahkan ultahmu dengan acara meriah, bahkan tidak ada 'tiup lilin' dan 'potong kue'. Tapi abi sudah memberikan kado buatmu, kan? Semoga bermanfaat.
Kamu harus bersyukur karena masih bisa dapat kado dari abi dan ummi. Saudara-saudaramu di Palestina yang ber-ultah saat ini hanya dapat merasakan ancaman bom dan rudal milik tentara Israel la'natullaah 'alayhim.

[+/-] Selengkapnya...

Keluarga NHA

Keluarga NHA