Monday, January 24, 2011

Logika Anak-anak

Logika Nadya cukup menonjol belakangan ini. Dia sering menunjukkan kalau cara berpikirnya lumayan berbobot. Suatu hari, saat Abi bingung mencari titik bocor kasur pompa yang sudah 3 dibeli, nadya memberi usul: “Abi buka baju saja supaya bocornya gampang didapat”.

Hari yang lain, saat berangkat ke sekolah bersama Hilmi ditemani Abi, kami berpapasan dengan penjual layangan kecil untuk anak-anak. Penjual layangan tersebut menanyakan lokasi sekolah Nadya dan Hilmi dengan maksud ingin menjual layangannya di sekolah tsb. Setelah Abi menunjukkan dengan penjelasan, penjual itu meneruskan langkahnya berlawanan arah dengan kami. Nadya berkomentar, “kenapa penjual itu tidak ikut saja dengan kita ya, Bi. Kan dia bisa tahu sekolahnya”.

Ummi sudah memberikan gambaran pada anak-anak kami bahwa kami akan kembali ke makassar kira-kira pada bulan Agustus 2011. Sementara itu, sekolah di PAUD dan di makassar sudah mulai pada bulan Juli. Jadi, ada jeda sekitar sebulan anak-anak tidak aktif sekolah. Nadya melangkah ke arah kalender yang tergantung di dinding. Dia mengamati sesaat kalender itu, kemudian buru-buru memanggil umminya. “Ummi, sini deh. Nih coba liat, kita kan pulang bulan 8. Sekolah kan bulan 7. Berarti Nadya masih bisa sekolah di PAUD kelas C1 bulan 7. Ya nggak, Mi?

[+/-] Selengkapnya...

Tuesday, January 11, 2011

Biarkan Saja

Abi, tiga puluh tambah tiga puluh satu berapa?” tiba-tiba saja Nadya bertanya soal hitungan sepulang dari mengaji sore kemarin. Karena merasa hanya pertanyaan sepintas, saya tidak menanggapinya serius. Ketika Nadya menanyakannya sekali lagi, saya hanya jawab “belum waktunya Nadya tahu.”

Sesaat kemudian, saya sadar bahwa tidak sepantasnya menghambat rasa ingin tahu anak. Tapi saya juga penasaran, kenapa Nadya tiba-tiba mau tahu penjumlahan bilangan yang terbilang besar seperti angka 31 dan 30 itu. Maka saya coba menanyainya. “Memangnya kenapa Nadya mau tahu 31 tambah 30. Ada yang tanya?” Dia menjawab, “Tadi, aku Cuma pikir-pikir sendiri. Bagaimana caranya menghitung tambah-tambah kalau tidak cukup lagi pakai tangan sama kaki?

Akhirnya, saya coba menjelaskan penjumlahan seperti itu dengan cara yang sederhana. Alhamdulillaah, Nadya bisa memahami. Penjumlahan yang angka depannya dijumlahkan sendiri dan angka belakangnya dijumlahkan sendiri juga. Tentu saja hanya sampai di situ dulu. Saya sengaja tidak melanjutkan dengan penjumlahan yang jumlah angka-angka belakangnya lebih dari sepuluh.

Beberapa hari sebelumnya, Nadya memang sudah belajar bagaimana menjumlahkan bilangan yang masih bisa dihitung dengan menggunakan tangan dan kaki. Ummi yang mengajarinya. Tapi itu atas kemauan Nadya sendiri. Penambahan bilangan yang jumlahnya hanya sampai sepuluh sudah lama diketahuinya, bahkan tanpa menggunakan jari-jari tangan. Lagi-lagi itu bermula dari rasa ingin tahu Nadya sendiri tanpa ada agenda untuk mengajarinya.
Menjumlahkan bilangan 31 dan 30 untuk anak seusia Nadya yang baru saja berulang tahun yang ke-5 memang terasa terlalu cepat, tapi biarkan saja jika dia sudah mau tahu. Biarkan dia mengeksplorasi dirinya sendiri. Sebagai orangtua, saya dan Ummi wajib memfasilitasinya, sebisa yang kami mampu, tentunya.

[+/-] Selengkapnya...

Keluarga NHA

Keluarga NHA