Saturday, August 9, 2008

Cukur bareng

Sebenarnya sudah lama kelihatan rambut Nadya dan Hilmi yang agak panjang. Bahkan rambut bagian depan kepala mereka sering mengganggu karena menutupi mata. Tapi abi hanya mengguntingnya sendiri. Supaya lebih irit pengeluaran tentunya. Tapi hasilnya kurang bagus; tidak rata dan agak jelek.
Saat rambut mereka terlihat agak panjang lagi, akhirnya kami bawa mereka ke salon dekat rumah untuk potong rambut.
ternyata beda dengan saat dibawa pertama kali (kira-kira usia 1 tahun) ke salon, kali ini Nadya sangat kooperatif dengan petugas salon. Nadya duduk tenang saat rambutnya dipotong. Sesekali ummi membantu saat Nadya tidak tundukkan kepala padahal ibu salon mau memotong rambut bagian belakangnya. Tapi saat diminta pejamkan mata oleh ibu salon, dia nurut saja. Hasilnya, alhamdulillah, bagus, cantik. Pengunjung lain juga banyak yang memujinya.
Saat tiba giliran Hilmi, ternyata dia juga kooperatif, meskipun banyak juga goyangnya. Maka dia dipangku ummi. Tapi hasilnya juga bagus. Hilmi kelihatan lebih gagah dan lebih dewasa juga. Sekarang kami sering menyapanya dengan "perwira gagah".

[+/-] Selengkapnya...

Hilmi dan "gagah"

Kalau Nadya cantik, tentu Hilmi gagah. "Siapa dulu pabriknya?", seloroh ummi suatu ketika tentang hal tersebut.
Kata "gagah" pertama kali diperkenalkan oleh ummi pada Nadya untuk memuji abi. Kadangkala ketika bi tiba di rumah setelah berurusan dengan kegiatan kampus seharian, Nadya menyongsong abi di depan pintu sambil berkata "abi gagah...". Geli juga rasanya dapat pujian seperti itu, hehehe...
Kata "gagah" itu kemudian didapat oleh Hilmi dari keseringan mendengarnya dari sang kakak. Maka Hilmi pun sudah pintar menggunakan kata itu. Hilmi juga sudah sering menyapa abi dengan "abi gagah..." atau hanya "gagah..."
Kalau sudah mandi dengan pakaian rapi, trus pakai topi, Hilmi kelihatan gagah sekali. Ternyata lebih gagah lagi ketika Hilmi pakai peci.
Pekan lalu, Hilmi kami belikan hadiah berupa sebuan peci kecil. Ini berawal dari keinginan Hilmi mengikuti kakaknya, Nadya untuk mengenakan jilbab ketika mau ikut shalat dengan ummi. Hilmi ngotot karena dia lihat semua orang pakai penutup kepala kalau mau shalat. Karena tidak pantas, maka kami segera membeli peci buat dia.
Tiap kali Hilmi pakai peci tersebut, dia kelihatan lebih gagah, bahkan lebih dewasa. Maka tak salah kalau kami sering menjulukinya dan menyapanya dengan "anak muda".

[+/-] Selengkapnya...

Abi nakal

Selama 3 hari ummi mengikuti kegiatan MUTUDA (Mukhayyam Terpadu Daerah) Makassar, selama itu pula Nadya & Hilmi banyak menghabiskan waktu bersama abi di rumah. Makan sama abi, main sama abi, belajar sama abi.
Melihat tingkah anak-anak seperti Nadya & Hilmi tentunya sangat membahagiakan, tapi kadang-kadang ada juga yang menjengkelkan. Misalnya ketika ditegur untuk tidak melakukan sesuatu, tapi tetap juga dilakukan.
Sore hari Nadya lagi main. Dia naik ke kursi besar sambil memegang sapu dan memainkannya. Karena terlihat membahayakan, abi menegur dan melarang Nadya main sapu di atas kursi. "Nadya, turun nak. Main sapu di bawah saja". Nadya tidak bergeming. Dia tetap saja dengan keasyikannya.
Walhasil, tak lama kemudian, dari tempat abi mencuci botol susu mereka, terdengar bunyi "gedebuk dan bunyi sapu jatuh". Nadya jatuh. Dia nagis.
Karena jengkel, abi tidak menggubris tangis Nadya. Abi tetap saja cuci botol susu. Macam-macam suara tangis Nadya perdengarkan, agar segera diperhatikan, tapi tidak berhasil. Bahkan, seperti biasa, Nadya nangis sambil ngomel.
Tiba-tiba Nadya mengucapkan kalimat tak terduga. "Abi nakal". Abi tersentak kaget. Kalimat itu wajar keluar dari mulut Nadya, karena sudah sepantasnya abi segera melihat kondisi Nadya dan membujuknya agar berhenti nangis. Tapi abi heran, darimana Nadya dapat kata "nakal " itu? Bagaimana bisa terlintas di pikirannya untuk mengucapkan kata itu untuk memancaing perhatian abi? Sungguh, anak-anak penuh dengan misterius.

[+/-] Selengkapnya...

Keluarga NHA

Keluarga NHA