Monday, March 28, 2011

Buku Gambar dan Tiga Solusi

Bukan kali ini saja Nadya dan Hilmi memperebutkan sesuatu. Sudah beberapa kali. Bahkan sering sekali. Kali ini mereka berebut buku gambar. Ummi mereka membeli 2 buku gambar. Penjual menyodorkan buku gambar dengan warna sampul yang berbeda dengan maksud agar mudah menandai pemiliknya nanti. Sayangnya, ketika buku gambar itu diberikan kepada Nadya dan Hilmi, mereka menginginkan warna sampul yang sama. Keduanya mau yang bersampul merah, yang hijau mereka tolak. Jadilah buku gambar warna merah itu sebagai rebutan.

Tiba-tiba Hilmi mengajukan tawaran solusi. “Adik punya ide. Bagaimana kalau kita hom..pim..pa..”, usul Hilmi pada kakaknya. Hilmi melanjutkan, “kalau begini (sambil memperlihatkan telapak tangan menghadap ke atas) berarti dapat buku merah, kalau begini (menelungkupkan telapak tangan) hijau.” Nadya sepakat dan keduanya mulai hom..pim..pa. Karena mereka sama-sama menginginkan yang warna merah, tentu saja keduanya memperlihatkan telapak tangan menghadap ke atas. Hal ini berulang beberapa kali dan tetap saja sama hasilnya. Nadya emosi, “adik Hilmi jangan ikut-ikutan begini (menghadap ke atas). Adik Hilmi begini (menghadap ke bawah) aja”. Hilmi menjawab, “kita (saya,pen) kan juga mau yang warna merah”.

Karena deadlock, Hilmi menawarkan solusi lain. “Ya sudah, kalau begitu kita sut aja. Kalau gunting dapat merah, kalau kertas dapat hijau.” Nadya lagi-lagi setuju. Keduanya kembali menyodorkan tangan. Nadya dan Hilmi sama-sama menyodorkan simbol gunting. Diulang, tetap sama hingga beberapa kali.

Hilmi melihat bahwa tawarannya belum membuahkan hasil. Dia lalu menawarkan solusi yang ketiga. “Mending, gini aja. Kita ambil crayon. Kalau ambil crayon biru berarti dapat buku merah, kalau crayon kuning berarti hijau.” Solusi ketiga Hilmi ini masih sama logikanya dengan yang pertama dan kedua. Belum bisa menyelesaikan masalah. Tapi, lagi-lagi Nadya setuju. Keduanya lalu mengambil crayon di tas masing-masing. Tentu saja, karena sama-sama mau buku gambar merah, keduanya mengambil crayon biru. Deadlock kembali terjadi.

Agar tidak berlarut-larut, Ummi mereka akhirnya menengahi. Apa yang ditawarkan Hilmi memang belum bisa menyelesaikan masalah, namun Hilmi punya poin positif dari kasus ini. Hilmi punya inisiatif memecahkan masalah dan punya usulan penyelesaian. Logika Hilmi memang belum sampai pada akar masalah, tapi dia sudah menuntun sel-sel syarafnya untuk bekerja ke arah akar masalah.

[+/-] Selengkapnya...

Saturday, March 19, 2011

Membaca Gambar

Nadya sudah pandai membaca, Hilmi baru bisa mengenal huruf. Hilmi sering mendengar kakaknya, Nadya membaca. Tentu Hilmi merasa kagum dan punya keinginan yang sama. Maka, ketika Nadya dibelikan buku bacaan, Hilmi juga diberi bagian.

Biasanya, setibanya di rumah (tepatnya, di kamar kos) kami, Nadya sudah tidak sabaran. Langsung saja dia buka bukunya dan dibacanya. Bagaimana dengan Hilmi?

Hilmi tidak mau kalah. Melihat kakaknya sedang membaca, dia pun membuka buku bacaannya. Tak lama kemudian, Hilmi pun terlihat sedang membaca, bahkan dengan suara yang cukup keras (karena pedenya). Kalimat demi kalimat mengalir dari mulutnya seakan membaca deretan huruf-huruf latin di buku tersebut. Ternyata, dia membaca berdasarkan gambar yang dilihatnya di buku tersebut.

Hilmi membaca cukup lancar layaknya anak yang betul-betul sudah pandai membaca. Kalimat yang satu dengan yang lainnya juga cukup berkaitan. Diam-diam, Nadya menyimpan rasa kagum dengan cara membaca adiknya itu. Nadya menyodorkan sebuah buku bacaannya untuk dibaca Hilmi. Puas dengan ‘kinerja’ adiknya, Nadya menyodorkan buku lain untuk kembali dibaca oleh Hilmi. Sampai-sampai Hilmi berujar “aduh, capek nih…bacanya”.

[+/-] Selengkapnya...

Kosa Kata

Penggunaan kosa kata seorang anak ternyata bersumber dari banyak hal. Bisa dari banyak mendengar, banyak melihat, atau banyak membaca. Kosa kata yang keluar dari mulut seorang anak sangat sering mengagetkan orang yang mendengarnya. Kami yakin, ini tidak hanya terjadi pada Nadya dan Hilmi, tapi kami sering dikagetkan oleh mereka dari ucapan-ucapan mereka.

Banyak kosa kata yang pernah dipakai Nadya dan Hilmi yang lebih cepat mereka ketahui daripada usia kami dulu ketika pertama kali menggunakan kosa kata itu. Sebut saja misalnya kata: “menurut saya…”, “sebenarnya…”, "ide", atau “…Nah, …” Kata-kata itu dipakai oleh Nadya saat menceritakan pengalamannya di sekolah, di tempat ngaji, atau di tempat main.

Suatu hari, Nadya membuat gambar di secarik kertas. Setelah itu, dia mewarnainya dengan perpaduan warna yang cukup bagus. Setelah selesai, kertas itu diperlihatkan pada Abi dan Ummi seraya meminta pendapat, “Menurut Abi sama Ummi, gambar kakak ini bagus atau tidak? Menurut kakak, bagus”.

[+/-] Selengkapnya...

Keterampilan Membaca

Alhamdulillah, semakin hari kemampuan membaca (huruf latin) Nadya semakin baik. Ini ditunjang oleh keinginan kuat Nadya untuk membaca yang cukup besar. Maka belanja buku & majalah anak-anak kami jadikan agenda bulanan.

Seperti halnya anak-anak lain yang sudah pandai membaca, Nadya gemar membaca tulisan di mana saja dia temukan. Di dalam buku, majalah, di papan reklame, sampai tulisan di koran.
Entah bagaimana mulanya. Suatu hari kami dibuat heran oleh Nadya yang sedang membaca sebuah berita di harian Radar Depok. Yang membuat kami heran adalah karena posisi tulisan yang Nadya baca terbalik. Ternyata, Nadya sudah bisa membaca tulisan terbalik, cukup lancar. Itu terjadi sejak bulan Januari lalu.

Kemampuan baca Nadya lainnya yang cukup mengagumkan di usianya saat ini adalah Nadya bisa memahami fungsi penomoran halaman pada koran. Itu kami ketahui ketika dia membaca potongan berita yang merupakan sambungan dari halaman sebelumnya (halaman-1). Ketika membaca bagian atas berita itu, dia tiba-tiba membolak-balik halaman koran tersebut. Halaman-1 pun dia temukan. Alangkah senangnya ketika dia menemukan potongan lain dari berita tadi. Dia pun berujar,”Nah… ini dia sambungan yang tadi”.

[+/-] Selengkapnya...

Aneka Pertanyaan

Kemampuan seseorang berfikir sejalan dengan perkembangan usianya. Mungkin karena perkembangan otak seiring dengan perkembangan usia. Pada usia 5 tahun saat ini, Nadya banyak menyampaikan pertanyaan tentang berbagai hal yang dipikirkannya.

Pada suatu kesempatan bepergian dengan umminya naik angkot, Nadya memperhatikan arah gerak kendaraan dan jalur yang dilaluinya. Ia pun bertanya, “kenapa kendaraan yang di sini (sambil menunjuk jalur angkot yang dinaikinya) semua menuju ke sana, kalau yang di sebelah menuju ke sana (arah yang berlawanan)?

Pada waktu lain, Nadya & Hilmi kami beri koin (pecahan 200an) untuk dimasukkan ke celengan masing-masing. Setelah mendapatkan koin itu, muncul keinginan mereka untuk jajan dengan koin itu. Mereka pun diberi penjelasan bahwa dengan uang segitu, tidak ada yang bisa dibeli. Nadya kemudian bertanya, “kalau begitu, untuk apa uang begini dibuat?

[+/-] Selengkapnya...

Keluarga NHA

Keluarga NHA