Friday, June 27, 2008

Investasi Pendidikan anak-anak

Peraturan Pemerintah No.35 Tahun 2008 tentang Pemberian Gaji ketigabelas kepada Pegawai Negeri, Pejabat Negara, dan Penerima Pensiun mengamanahkan agar gaji ke-13 tersebut diberikan pada bulan Juni 2008. Penggunaan gaji ke-13 tersebut diharapkan untuk memenuhi keperluan baiaya pendidikan anak sekolah. Sebagai PNS, abi telah menerima gaji ke-13 tersebut.
Berhubung Nadya & Hilmi belum sekolah, gaji ke-13 tersebut tidak digunakan untuk keperluan tersebut. Namun demikian, tetaplah dalam jalur kepentingan pendidikan. Sebagian dari gaji ke-13 tersebut kami manfaatkan untuk membeli buku-buku untuk pendidikan Nadya & Hilmi serta membayar premi asuransi Pendidikan Hilmi.
Pada awal bulan Juni, kami mengajak Nadya & Hilmi jalan-jalan ke Gramedia. Selain untuk menyalurkan gaji ke-13 sesuai peruntukannya, momen tersebut juga kami manfaatkan untuk membiasakan anak-anak kami mengunjungi toko buku.
Di Gramedia, nadya & Hilmi kami bawa ke bagian buku anak-anak. Mereka kami bebaskan berlari ke sana kemari melihat-lihat buku. Bahkan sebagian dari buku yang kami beli adalah pilihan mereka sendiri, tanpa menimbang terlalu jauh penting-tidaknya buku tersebut bagi mereka.
Kepedulian kami akan masa depan pendidikan anak-anak juga kami wujudkan dalam bentuk 'investasi' biaya pendidikan. Maka sejak awal tahun 2008 ini, Nadya & Hilmi kami daftarkan pada program Fulnadi Asuransi Takaful. Biaya atas premi asurasi tersebut kami ambil dari honor abi mengajar di ATEM.
Semoga niat dan perencanaan yang baik ini diberkahi oleh Allah SWT, sehingga pendidikan anak-anak kami lebih berkah dan dilimpahkan rezeki lebih banyak dari Allah, amin...

[+/-] Selengkapnya...

Wednesday, June 25, 2008

Sikap Dewasa Nadya

Pada suatu siang, kira-kira dua pekan lalu, ummi sedang shalat sementara abi lagi disibukkan oleh suatu urusan. Dari ruang tamu, Hilmi mencari-cari orang yang bisa memperbaiki mainannya yang sedang rusak. Bagian penutup mobil-mobilannya terlepas. Hilmi minta bantuan ummi, tapi ummi sedang shalat. Hilmi minta tolong pada abi, tapi tidak dipenuhi. Hilmi mulai marah dan merengek-rengek.
Nadya yang sedang tidur-tiduran di kursi panjang ruang tamu merasa iba pada adiknya. Dia segera memanggil adiknya dan menawarkan bantuan. "Immi, cini dek".
Pada kesempatan lain, ketika Hilmi nangis ingin segera dibuatkan susu, Nadya membujuk adiknya sembari menenangkannya, "sabas ya..sabas ya..(maksudnya: sabar)".
Pekan lalu, sikap dewasa Nadya nampak dalam bentuk lain. Setelah selesai mandi, ummi menyuruh Nadya ke kamar untuk mengambil baju dan celana. Agak lama ditunggu, Nadya tidak keluar kamar juga. Ketika ditengok ke kamar, ternyata Nadya sedang mencoba memakai sendiri celananya. Dan rupanya dia berhasil. Dia punya cara sendiri untuk bisa pakai celana. Dia duduk di tepi ranjang, kemudian memasukkan kakinya satu per satu ke dalam celana dan mengakatnya sedikit hingga lutut. Selanjutnya Nadya turun dari ranjang, kemudian menaikkan celananya hingga terpasang rapi.

[+/-] Selengkapnya...

Tuesday, June 24, 2008

Sebutan Hilmi yang sudah lama dinanti

Perkembangan Hilmi tidak kalah membanggakannya dengan perkembangan Nadya, kakaknya. Perkembangan Hilmi banyak terbantu dengan keinginannya untuk bisa memiliki apa yang dimiliki kakaknya. Hilmi mau tau apa yang diketahui kakaknya. Kalau Nadya sedang belajar mengenal jenis-jenis buah melalui poster yang kami tempel di pintu lemari es, Hilmi akan ikut menunjuk-nunjuk poster, seakan-akan ingin menanyakan nama buah yang ditunjuknya. Ummi bisa disebut sebagai 'tokoh utama' yang paling berperan membimbing mereka mengetahui segala sesuatu.
Setelah mengajarkan nama-nama anggota tubuh manusia (mata, telinga, mulut, dan sebagainya), ummi mulai mengajarkan macam-macam suara hewan pada Hilmi. Pekan lalu adalah periode awal kemampuan Hilmi menirukan suara sesuatu. Hilmi sudah pandai meniru suara kucing, anjing, bebek, sapi, ayam, kambing, macan, dan beberapa hewan-hewan yang dia kenal.
Saat ini, Hilmi sudah setahun plus lima bulan. Kami memperkirakan, kemampuan Nadya dan Hilmi tidak akan jauh beda, sebagaimana usianya yang hanya selisih 13 bulan.
Kemarin, perkembangan Hilmi dalam hal meniru suara dan mengucapkan kata-kata memasuki tahapan yang sudah lama kami nanti-nantikan. Hilmi sudah bisa memanggil abi dan umminya. Sore kemarin, saat sedang santau di beranda belakang rumah, tiba-tiba Hilmi muncul dari ruang keluarga sambil memanggil umminya. "mmi..mmi..". Hati ummi berbunga-bunga. Ummi tidak 'lupa daratan'. Segera saja, dia menguji kemampuan Hilmi. "Coba panggil abi, nak. Bilang 'abi', bujuknya. "Abi..abii..". Subhanallah!!! Ternyata Hilmi bisa. Maka saat itu juga kami menobatkan Hilmi sebagai 'pangeran' di dalam hati kami.

[+/-] Selengkapnya...

Ummi cayang, abi cayang

Berilah contoh yang baik pada anak-anak kita, niscaya mereka akan mempraktikkan hal-hal yang biak pula. Salah satu kebiasaan ummi sejak Nadya masih berusia setahun lebih adalah mengulang panggilannya pada Nadya (dan sekarang juga pada Hilmi) jika panggilan pertama tidak digubris. Pengulangan panggilan ummi lakukan dengan menambahkan embel-embel "sayang". Misalnya, ketika ummi mengingatkan Nadya untuk pipis di kamar mandi (supaya tidak pipis di celana). "Nadya, pipis di kamar mandi, yuk". Biasanya, kalau sedang asyik main, Nadya cuek saja tanpa menjawab sedikit pun. Kalaupun menjawab, Nadya akan menolak dengan berujar,"main saja,ummi" atau yang semacamnya. Saat itulah, ummi akan mengulang bujukannya. "Nadya, pipis dulu di kamar mandi sayang".
Pekan lalu, kami surprise, ketika Nadya 'punya ide' untuk meniru kebiasaan ummi itu. "Mau ke manaki ummi, cayang?", tanya Nadya suatu waktu ketika melihat ummi sudah rapi. Pada saat yang lain, Nadya meminta tolong pada saya untuk dibukakan toples berisi biskuit. "Abi, bukakan". Karena saya tidak memperhatikan permintaannya, Nadya malah mengulangnya dengan berkata,"bukakan dulu abi cayang".
Rupanya, Nadya semakin pandai meniru kebiasaan orang tuanya. Lebih dari itu, Nadya seakan-akan mengerti bahwa dengan menambahkan kata 'cayang' pada suatu permintaan akan memudahkan dipenuhinya permintaan itu. Dengan embel-embel 'cayang' saat menanyakan sesuatu, maka semakin baik jawaban atas pertanyaan itu akan diberikan.

[+/-] Selengkapnya...

Wednesday, June 11, 2008

Antara "bodoh" dan "tidak pintar"

Anak-anak ibarat kertas putih yang bisa ditulis apa saja di atasnya, atau ibarat cd kosong yang bisa diisi file apa saja. Nadya dan Hilmi kami upayakan dibentuk sebaik mungkin sejak dini, mulai dari cara menjawab salam, cara makan, sampai pada pilihan kata-kata yang harus mereka ucapkan.
Bahwa pembentukan pribadi anak adalah sebuah proses, tentu tidak bisa dipungkiri. Dulu, jika Nadya melakukan tindakan kurang baik (misalnya pipis di celana), maka kami berkomentar:"ai... Nadya bodoh, kencing di celana". Ternyata efeknya kurang baik. Kata "bodoh" menjadi kosakata yang dia gunakan jika melihat hal-hal yang kurang terpuji atau mengomentari sendiri dirinya ketika berlaku buruk.
Khawatir jika Nadya merasa "memiliki" sifat bodoh itu, maka kami mulai mengubah pilihan kata. "bodoh" kami ganti dengan "tidak pintar". Sama saja maknanya memang, tapi rasa-rasanya "tidak pintar" tidaklah seburuk "bodoh" efek psikologisnya bagi seorang anak.
Sekarang, Nadya sudah terbiasa menggunakan kata "tidak pintar" sebagai pengganti kata "bodoh". Kalau Hilmi, adiknya tidak mau makan, Nadya akan berujar: "Hilmi tidak pintar". Ketika Nadya pipis di celana, maka ia akan mengatakan: "Nadya tidak pintar".

[+/-] Selengkapnya...

Keluarga NHA

Keluarga NHA