Saturday, December 13, 2008

Imajinasi Nadya

Belakangan ini Nadya sering berimajinasi.
Suatu waktu, dia lagi menata mainan berbentuk mangkuk, gelas, dan piring di atas meja di ruang tamu. Dia nampak bicara sendiri sambil menunjuk-nunjuk seakan-akan mempersilahkan tamu-tamu yang ada di ruangan tersebut.

Rupanya, Nadya sedang berimajinasi, seakan-akan sedang ada beberapa tamu kecilnya sedang bertamu; Nailah, Zulva, Lala, dan yang lainnya. Ketika abi duduk di salah satu sofa di ruang tamu tersebut, serta-merta Nadya menegur abi. "Jangan duduk di situ, abi. Kaka' Ila duduk situ".
Lain waktu, ketika sedang makan siang bersama di ruang belakang rumah, Nadya meminta ummi bergeser sedikit dari tempatnya. Katanya, di situ ada kk' Lala juga sedang duduk makan dekat Nadya. Ummi yang sudah paham kalau Nadya sedang berimajinasi, langsung saja pindah satu pantat ke samping.
Imanjinasi Nadya itu untuk sementara kami biarkan. Nampaknya, tidak akan berefek negatif. Kami berharap imajinasinya itu akan membantu perkembangan otak kirinya, aamin...

[+/-] Selengkapnya...

Berani dan Takutnya Hilmi

Hilmi sudah menginjak usia 23 bulan kini. Yang sangat nampak perkembangannya adalah sikap atraktifnya. Selain berdiri di atas sepeda, Hilmi juga sudah berani menyeberang dari satu kursi ke kursi yang lain. Kadang-kadang pula dia balik keranjang mainannya, kemudian dia berdiri di atasnya.

Meskipun berani untuk satu hal, ternyata Hilmi juga punya rasa takut yang berlebihan pada hal yang lain, terutama hewan. Hilmi masih takut jika ada kucing yang lewat di dekatnya, apalagi anjing. Sewaktu kami jalan-jalan ke rumah teman di Galesong, Hilmi selalu mau naik ke bale-bale bambu karena banyak ayam lewat di sekitarnya. Ketika abi bawa Hilmi ke dekat seekor kambing, diapun takut dan ingin di gendong.
Rasa takut Hilmi bahkan agak mengkhawatirkan. Sebuah gambar kaligrafi yang dipasang di dinding ruang keluarga di rumah (BTP) pun ditakutinya. Dia menunjuk-nunjuk sambil berujar "taku'..taku..monye'...". Kaligrafi berbentuk orang yang sedang duduk tahiyat dilihatnya seperti gambar monyet.

[+/-] Selengkapnya...

Tuesday, November 18, 2008

"Pisau" dulu, baru "tajam"

Urutan penyampaian materi yang akan diajarkan kepada anak-anak ternyata harus diperhatikan. Anak-anak mengetahui informasi tentang sesuatu berdasarkan urutan penyampaiannya. Jika kita mengajarkan informasi tentang benda misalnya, maka apa yang ia pahami tentang benda itu bergantung pada informasi pertama yang kita sampaikan padanya tentang benda itu.

Dua hari yang lalu, ummi heran bercampur kaget dengan pemahaman Hilmi tentang benda-benda tajam. Waktu itu, Hilmi meminta sesuatu sambil menunjuk-nunjuk benda tersebut. Rupanya benda yang ditunjuk adalah "pisau", tapi Hilmi memintanya dengan mengatakan "tajam..tajam..". Ternyata Hilmi mengira nama benda itu adalah "tajam", bukan "pisau".
Ummi merasa ada yang salah dengan pemahaman Hilmi tentang benda-benda tajam. Ummi mengetes Hilmi dengan memperlihatkan gunting. Lalu, Ummi bertanya kepada Hilmi, "ini, apa namanya, Hilmi?" Hilmi menjawab lancar, "tajam".
Hilmi memang sering ke dapur, sejak lama. Apalagi kalau Ummi sedang memasak atau mencuci perabot dapur. Kadang-kadang Hilmi menghampiri pisau dengan maksud untuk memegangnya. Biasanya Ummi melarangnya dengan berujar singkat, "tajam..tajam.., nak". kali lain, abi sedang mengupas mangga. Hilmi datang mendekat ke arah pisau. Takut hilmi kena pisau, abi melarangnya, "jangan terlalu dekat Hilmi, tajam".
Kemungkinan, dari keseringan menginformasikan kata "tajam" ketika berhubungan dengan pisau itulah, sehingga Hilmi menganggap nama benda bernama pisau itu adalah "TAJAM".
Ketika menginformasikan "pisau" atau "gunting' kepada Hilmi untuk pertama kalinya, seharusnya nama benda itu dulu yang diberitahukan. Setelah itu, baru hal-hal yang terkait dengan benda itu, seperti sifatnya (tajam), bentuknya (runcing), dan seterusnya.

[+/-] Selengkapnya...

Wednesday, October 22, 2008

"Bahagiaki pasti..."

Biasanya, pelangi hanya bisa kita lihat di atas kepala orang lain, bukan di atas kepala kita. Itupun hanya bisa dilihat sesaat setelah hujan turun. Tapi hari itu, pelangi betul-betul terasa berada di atas kepala abi, ketika hujan sudah lama tidak turun membasahi Makassar.
Sabtu sore, abi, ummi, Nadya, dan Hilmi sedang dalam perjalanan dari BTP menuju rumah kakek dan nenek di Rappocini. Motor yang kami kendarai harus berhenti di persimpangan Jl.Hertasning dan Jl.AP.Pettarani, tepatnya pada lajur kiri samping gedung DPRD Makassar. Kami berhenti tepat di samping kanan pengendara motor yang lain, sepasang muda-mudi usia tiga puluhan tahun. Sejak kami berhenti, mereka menoleh ke arah kami dan terus-menerus memandang Nadya dan Hilmi. Pandangannya berganti-ganti ke arah lampu lalu-lintas dan ke arah Nadya dan Hilmi. Rupanya Nadya juga memandang ke arah kedua orang tersebut. Anak muda itu yang paling betah memandang kedua bocah kami. Bahkan dia beberapa kali menggoda Nadya dengan senyam-senyum pada Nadya. Nadya malu-malu dan bersembunyi di belakang punggung abi. Kepada Hilmi yang sedang tidur dipangkuan ummi, anak muda itu hanya berkomentar:"enaknya tidurnya itu yang satu", sambil mengarahkan pandangan ke arah Hilmi.
Agar tidak terkesan sombong, sesekali abi menoleh ke arah anak muda itu sambil tersenyum.
Menjelang lampu hijau menyala, tiba-tiba anak muda itu mencolek lengan abi (abi diko'bi') sambil berujar serius:"bahagiaki pasti jadi laki-laki di'?"
Abi jadi salah tingkah, sambil menimpali:"oo..tentu donk.."
Belum hilang rasa terkesan abi akan kalimat anak muda itu, dia lanjutka lagi kalimatnya:"perhiasan paling indah di dunia itu, pak".
Lampu hijau pun menyala dan mereka berlalu. Kami pun berlalu menuju arah Jl.Rappocini.
Di sepanjang sisa perjalanan kami ke rumah kakek-nenek, ummi terus menggoda abi dari belakang:"bahagiaki' bedeng jadi laki-laki, abi?hehehe...".
Sepertinya, mereka adalah sepasang pengantin baru yang sudah merindukan hadirnya bocah dalam keluarga mereka. Semoga Allah segera menganugerahkan mereka anak-anak soleh dan solihah yang akan menjadikan mereka 'bahagia sebagai orangtua', aamin...

[+/-] Selengkapnya...

Friday, October 10, 2008

Trik Minta Susu Kalau Lagi Malu-malu

Dalam hal minum susu (Dancow), Nadya dan Hilmi selalu bersamaan. Kalau Hilmi liat Nadya sedang minum susu, Hilmi pasti minta juga. Begitu juga sebaliknya, kalau Hilmi sudah disodori susu botol, Nadya pun minta jatah.
Kadang-kadang tidak ada keinginan Hilmi untuk minum susu. Tapi, demi melihat Nadya sedang asyik dengan botol susunya, serta-merta Hilmi juga minta dibuatkan.
Enam bulan belakangan ini, Nadya dan Hilmi diultimatum oleh abi dan ummi, tidak boleh terlalu sering minum susu, apalagi kalau tidak dihabiskan. Ultimatum abi dan ummi cukup beralasan. Nadya biasa minta susu bukan karena haus, tapi karena malas melakukan kegiatan apapun. Kalau sudah begitu, biasanya susu yang diberikan tidak dihabiskan, mubazir jadinya. Selain itu, mereka harus dibiasakan minum air putih kalau hanya ingin menghilangkan dahaga. Sejak saat itu, baik Nadya maupun Hilmi kadangkala 'malu-malu' minta susu. Caranya macam-macam. Kalau sedang malu minta susu, Hilmi minta dengan kata-kata yang tidak jelas, sambil membolak-balikkan badannya di atas kasur. Kalau Nadya lain lagi caranya. Dia minta susu dengan hanya menunjuk-nunjuk tempat susunya diletakkan sambil berucap, "itu..itu.."
Kemarin, Nadya punya trik lain. Hilmi sedang haus trus minta dibuatkan susu. Karena tidak langsung dibuatkan, Hilmi jadi lupa, kemudian mengambil mainan. Ternyata Nadya juga mau susu, tapi menunggu Hilmi selesai dibuatkan lebih dulu. Berhubung Hilmi urung dibuatkan susu, padahal Nadya mau sekalimi, tapi malu-malu, maka dia bilang pada umminya. "Ummi, apa tadi nabilang ade' Hilmi?". Maksudnya, Nadya mencoba mengingatkan ummi kalau-kalau ummi lupa buatkan Hilmi susu.
Pada kesempatan lain, Hilmi minta susu, tapi tidak terlalu serius karena tidak hausji. Waktu itu, Nadya lagi mau minum susu juga. Melihat Hilmi tidak terlalu ngotot mau susu, ummi tidak jadi bikin susu. Nadya beraksi, "Ummi, susu tawwa ade' Immi". hehehe...Nadya..Nadya...

[+/-] Selengkapnya...

Hilmi sayang kakak Nadya

Sebagai seorang adik, Hilmi sering memperlihatkan rasa sayangnya pada Sang kakak, Nadya. Ketika sudah diberi susu untuk diminum, Hilmi minta agar kakaknya juga dibuatkan. Saat Nadya minta pada abi atau ummi untuk diambilkan mainan dari ruangan lain, tapi tidak dihiraukan, Hilmi rela memenuhi permintaan itu.
Rasa sayang Hilmi pada Nadya kadang juga diwujudkan dalam bentuk pembelaan. Ketika Nadya rewel untuk minta sesuatu yang tidak wajar, trus merengek-rengek, lalu abi cubit kakinya, trus Nadya nangis, tiba-tiba Hilmi datang memukul abi. Pada kesempatan lain, Hilmi tidak hanya memukul, tapi sambil berujar "ngangan..ngangan..", maksudnya "jangan..jangan.."

[+/-] Selengkapnya...

Nadya jadi wartawan

Sejak tayangan "idola cilik" digelar di RCTI, Nadya meniru gaya bernyanyi di panggung. Suatu hari, dia mengambil mainan yang berbentuk bulat pada salah satu ujungnya kemudian didekatkan di depan mulut. Ketika para bintang idola cilik bernyanyi bersama, diapun ikut bernyanyi layaknya di atas panggung. Rupanya mainan tadi difungsikan sebagai "microphone" atau yang biasa disingkat penyebutannya dengan "mic".
Kemarin, Nadya mendapat ide baru dengan "mic" tersebut. Entah melihat di mana sebelumnya, tiba-tiba Nadya mengambil kertas yang digulung yang kemudian dijadikan sebagai "mic". Aksi berikutnya adalah mendekati ummi yang sedang sarapan, kemudian berkomunikasi layaknya seorang wartawan sedang mewawancarai seorang tokoh.
Nadya: "Bikin apa, Mbak?"
Ummi:"makan mbak"
Nadya:"Kenapa makan Mbak?"
Ummi:"karena lapar mbak"
Nadya:"Kenapa lapar Mbak?"
Ummi:"Karena kosong perutnya mbak"
Setelah itu, Nadya meninggalkan ummi sambil berujar, "makasi mbak ya".
Waktu pun berlalu, ummi dan Nadya melanjutkan aktivitasnya masing-masing. Tidak lama setelah ummi mulai mencuci pakaian di kamar mandi, Nadya datang lagi.
Nadya:"belapa Immi taun Mbak?"
Ummi yang tidak mengerti pertanyaan Nadya, menjawab sekenanya:"Iya, ade' Immi bobo nak".
Merasa tidak dijawab semestinya, Nadya mengulang pertanyaannya dengan nada agak tinggi:"belapa Immi taun Mbak?". Ummi mengulang jawaban yang sama.
Nadya tidak puas. Dia mengulang lagi pertanyaannya sambil mengacungkan jari telunjuk mengisyaratkan angka 1:"belapa Immi taun Mbak? ini mbak".
Ternyata Nadya menanyakan umur Hilmi (padahal dia sudah tau usia Hilmi 1 tahun lebih).
Mengerti maksud Nadya, ummi pun tertawa sambil menjawab:"Oo...1 tahun mbak"

[+/-] Selengkapnya...

Sunday, September 14, 2008

Perkembangan Motorik dan Otak

Sangat sering kelakuan Nadya dan Hilmi membuat kami repot. Saat dibiarkan makan sendiri, seringkali nasi dan lauk dicampur ke dalam gelas minum, lalu diaduk-aduk. Setelah itu semua berantakan dan sangat kotor.
Namun demikian, di sisi lain, itu adalah kegiatan yang dapat melatih saraf motorik mereka. Menuang nasi dari piring ke gelas dengan menggunakan sendok jelas adalah latihan saraf motorik. Begitu pula jika isi dari sebuah gelas dituang ke gelas yang lain. Nampak upaya mereka agar tidak ada yang tumpah. Meskipun lantai dan meja jadi kotor, akhirnya dibiarkan saja.
Perkembangan otak Nadya makin baik sampai hari ini. Terbukti dari mainan berupa angka dan huruf yang dia miliki yang sudah bisa dipasang dengan baik. Pagi tadi, kami menguji kemampuan Nadya memasang huruf-huruf dan angka-angka ke tempatnya masing-masing. Dan...Nadya bisa.

[+/-] Selengkapnya...

Sunday, September 7, 2008

Perilaku Yang Patut Diawasi

Kadang-kadang anak-anak berperilaku nakal, di luar dugaan, atau berbahaya. Wajar. Mereka belum paham terhadap banyak hal.
Kalau sekedar berperilaku nakal, mungkin tidak terlalu merisaukan. Misalnya, menumpahkan sayur yang baru saja dihidangkan, sehingga tidak bisa dikonsumsi lagi. Atau mencabut bunga-bunga yang sedang mekar tanpa tersisa sedikit pun lagi. Ini biasa dilakukan oleh Nadya dan Hilmi. Respon kami? Paling hanya marah, itupun sesaat saja. Setelah itu, hanya mengulangi nasehat pada mereka supaya tidak berbuat itu lagi.
Kalau sekedar berperilaku di luar dugaan, justru cenderung tidak menimbulkan masalah. Bahkan, kadang-kadang membanggakan. Misalnya, tanpa diduga sebelumnya, tiba-tiba saja Nadya berkata: "enaknya masakannya ummi" saat mencicipinya. Atau, ketika Hilmi diberi sepotong roti, serta-merta ia meminta bagian untuk kakaknya. Semua di luar dugaan dan membanggakan kami.
Yang perlu diwaspadai adalah perilaku mereka yang mengarah ke tindakan bahaya. Suatu pagi di awal bulan ini, Nadya sedang main dengan Hilmi di ruang keluarga. Di ruang itu, ada kasur-busa kecil dan beberapa bantal, tv, kursi dan meja, lemari es, dan aneka mainan anak-anak. Tiba-tiba Hilmi berteriak-terian sambil menjerit. Ummi segera menengok ke ruang keluarga. Rupanya, Hilmi berada di bawah kasur sementara Nadya berada di atas kasur sambil menginjak-injaknya. Hilmi juga sering berbuat hal-hal bahaya. Misalnya, berdiri di atas sepeda sambil menari-nari. Selain itu, Hilmi juga sering memukulkan macam-macam benda ke kepala Nadya, seperti mainan, alat dapur, atau sendal.

[+/-] Selengkapnya...

Wednesday, September 3, 2008

Pengalaman Falldown Hilmi

Saat tidur, Nadya dan Hilmi 'banyak goyangnya'. Hadap kiri, hadap kanan, meluk bantal, dan macam-macam gerak lainnya. Tapi dibandingkan dengan Nadya, Hilmi jaug lebih 'atraktif' saat tidur. Even, sejak mau tidur. Hilmi selalu nampak 'repot' mencari posisi yang enak untuk terlelap. Kalau sekian lama belum ketemu posisi yang enak, biasanya Hilmi mulai kesal dan nangis.
Bulan lalu, kebiasaan banyak gerak saat tidur membuat efek lain pada Hilmi. Saat itu, kami lagi nginap di rumah kakek-nenek mereka di Rappocini. Supaya tidak merasa gerah (kepanasan), kami bagi 2 tempat untuk tidur. Abi dan Hilmi di atas ranjang, sementara Ummi dan Nadya pakai kasur di atas lantai.
Sejak awal, Hilmi mulai banyak gerak, meskipun kami menaruh beberapa bantak di sekelilingnya. Kami kaget pada tengah malam itu ketika mendengar Hilmi nangis setelah bunyi gedebug. Ternyata Hilmi jatuh dari ranjang. Jatuhnya ke tepi ranjang yang agak dekat ke dinding. Jadinya, Hilmi terjepit di antara ranjang dan dinding. Untung Abi cepat tersadar dan segera membantunya.
Pengalaman Hilmi lainnya terjadi kemarin pagi. Abi dan ummi baru saja selesai sahur bersama. Tiba-tiba dari dalam kamar terdengar bunyi benda jatuh yang diikuti suara tangis Hilmi. Ternyata Hilmi jatuh (lagi) dari ranjang. Fortunately, ada kasur yang dipakai abi tidur di sebelah ranjang, sehingga tidak terlalu berakibat fatal. Namun demikian, di atas mata kiri Hilmi ada sedikit luka. Alhmadulillah, tidak parah.

Mks, 3 Sept '08

[+/-] Selengkapnya...

Nadya Bakat Jadi Fotografer

Banyak obyek telah difoto oleh Nadya. Benda-benda di ruang keluarga, gambar di tv, gambar-gambar buah dan hewan di buku, dan sebagainya. Dari gayanya memotret dan cara memilih obyek, bukan mustahil jika nantinya Nadya jadi fotografer profesional. Bakat itu sudah kelihatan sejak sekarang.Abi memang sudah lama punya hp (lagi) setelah hp pertama dicuri. Hp itu sebenarnya dapat difungsikan juga sebagai camera, tapi tidak pernah dipakai untuk itu.
Belum lama ini, dalam bentuk pemberian juga, akhirnya ummi punya juga hp pengganti dari hp yang dicuri bersamaan dengan hp pertama abi. Hp baru ummi ini pun bisa dipakai memotret. Beda dengan abi, ummi langsung pakai untuk memotret obyek. Obyek yang ummi potret adalah anak-anaknya sendiri, Nadya dan Hilmi. Salah satunya untuk keperluan gambar pada layar utama.
Saat dipotret, biasanya Nadya dan Hilmi langsung mau lihat hasilnya. Mereka minta pada ummi untuk melihat sendiri hasilnya.
Dari situ, lama-kelamaan Nadya meminjam hp ummi agak lama. Ternyata, setelah minta diajari cara pakainya dan coba-coba sendiri, akhirnya Nadya bisa memotret sendiri pakai hp ummi.
Banyak obyek telah difoto oleh Nadya. Benda-benda di ruang keluarga, gambar di tv, gambar-gambar buah dan hewan di buku, dan sebagainya. Dari gayanya memotret dan cara memilih obyek, bukan mustahil jika nantinya Nadya jadi fotografer profesional. Bakat itu sudah kelihatan sejak sekarang.

Mks, 1 Sept '08

[+/-] Selengkapnya...

Saturday, August 9, 2008

Cukur bareng

Sebenarnya sudah lama kelihatan rambut Nadya dan Hilmi yang agak panjang. Bahkan rambut bagian depan kepala mereka sering mengganggu karena menutupi mata. Tapi abi hanya mengguntingnya sendiri. Supaya lebih irit pengeluaran tentunya. Tapi hasilnya kurang bagus; tidak rata dan agak jelek.
Saat rambut mereka terlihat agak panjang lagi, akhirnya kami bawa mereka ke salon dekat rumah untuk potong rambut.
ternyata beda dengan saat dibawa pertama kali (kira-kira usia 1 tahun) ke salon, kali ini Nadya sangat kooperatif dengan petugas salon. Nadya duduk tenang saat rambutnya dipotong. Sesekali ummi membantu saat Nadya tidak tundukkan kepala padahal ibu salon mau memotong rambut bagian belakangnya. Tapi saat diminta pejamkan mata oleh ibu salon, dia nurut saja. Hasilnya, alhamdulillah, bagus, cantik. Pengunjung lain juga banyak yang memujinya.
Saat tiba giliran Hilmi, ternyata dia juga kooperatif, meskipun banyak juga goyangnya. Maka dia dipangku ummi. Tapi hasilnya juga bagus. Hilmi kelihatan lebih gagah dan lebih dewasa juga. Sekarang kami sering menyapanya dengan "perwira gagah".

[+/-] Selengkapnya...

Hilmi dan "gagah"

Kalau Nadya cantik, tentu Hilmi gagah. "Siapa dulu pabriknya?", seloroh ummi suatu ketika tentang hal tersebut.
Kata "gagah" pertama kali diperkenalkan oleh ummi pada Nadya untuk memuji abi. Kadangkala ketika bi tiba di rumah setelah berurusan dengan kegiatan kampus seharian, Nadya menyongsong abi di depan pintu sambil berkata "abi gagah...". Geli juga rasanya dapat pujian seperti itu, hehehe...
Kata "gagah" itu kemudian didapat oleh Hilmi dari keseringan mendengarnya dari sang kakak. Maka Hilmi pun sudah pintar menggunakan kata itu. Hilmi juga sudah sering menyapa abi dengan "abi gagah..." atau hanya "gagah..."
Kalau sudah mandi dengan pakaian rapi, trus pakai topi, Hilmi kelihatan gagah sekali. Ternyata lebih gagah lagi ketika Hilmi pakai peci.
Pekan lalu, Hilmi kami belikan hadiah berupa sebuan peci kecil. Ini berawal dari keinginan Hilmi mengikuti kakaknya, Nadya untuk mengenakan jilbab ketika mau ikut shalat dengan ummi. Hilmi ngotot karena dia lihat semua orang pakai penutup kepala kalau mau shalat. Karena tidak pantas, maka kami segera membeli peci buat dia.
Tiap kali Hilmi pakai peci tersebut, dia kelihatan lebih gagah, bahkan lebih dewasa. Maka tak salah kalau kami sering menjulukinya dan menyapanya dengan "anak muda".

[+/-] Selengkapnya...

Abi nakal

Selama 3 hari ummi mengikuti kegiatan MUTUDA (Mukhayyam Terpadu Daerah) Makassar, selama itu pula Nadya & Hilmi banyak menghabiskan waktu bersama abi di rumah. Makan sama abi, main sama abi, belajar sama abi.
Melihat tingkah anak-anak seperti Nadya & Hilmi tentunya sangat membahagiakan, tapi kadang-kadang ada juga yang menjengkelkan. Misalnya ketika ditegur untuk tidak melakukan sesuatu, tapi tetap juga dilakukan.
Sore hari Nadya lagi main. Dia naik ke kursi besar sambil memegang sapu dan memainkannya. Karena terlihat membahayakan, abi menegur dan melarang Nadya main sapu di atas kursi. "Nadya, turun nak. Main sapu di bawah saja". Nadya tidak bergeming. Dia tetap saja dengan keasyikannya.
Walhasil, tak lama kemudian, dari tempat abi mencuci botol susu mereka, terdengar bunyi "gedebuk dan bunyi sapu jatuh". Nadya jatuh. Dia nagis.
Karena jengkel, abi tidak menggubris tangis Nadya. Abi tetap saja cuci botol susu. Macam-macam suara tangis Nadya perdengarkan, agar segera diperhatikan, tapi tidak berhasil. Bahkan, seperti biasa, Nadya nangis sambil ngomel.
Tiba-tiba Nadya mengucapkan kalimat tak terduga. "Abi nakal". Abi tersentak kaget. Kalimat itu wajar keluar dari mulut Nadya, karena sudah sepantasnya abi segera melihat kondisi Nadya dan membujuknya agar berhenti nangis. Tapi abi heran, darimana Nadya dapat kata "nakal " itu? Bagaimana bisa terlintas di pikirannya untuk mengucapkan kata itu untuk memancaing perhatian abi? Sungguh, anak-anak penuh dengan misterius.

[+/-] Selengkapnya...

Monday, July 7, 2008

Hilmi's Improving in talking

At seventeenth months old, Hilmi can talk to someone and spell some words (start from the middle of June). He can spell "tatu.." for say "jatuh" or spell "kuka.." for say "buka". In his progress, he can spell "ndada.." for say "tidak ada", "nanan.." for "jangan", "nyam.." for "kenyang..", etc. Even, out of our minds, he always say to us after talk with someone by phone , "papa..?" for asking someone who talks us before.
For the last thing, he follow his older sister, Nadya. Nadya always ask ummi or abi with whom did she/he talked to with says "siapa ummi ?" or "siapa bi?"
The new progress of Hilmi in talking or spelling is his ability to continue counting, from 1 to 10. Ummi teach him counting number from "satu" to "sepuluh". If ummi said, "sa..", Hilmi over with "..tu". If ummi said, "du..", he over "..wa", and soon until "sepu.." and "..lu". At the last counting, ummi give him applause, and of course it made him very happy.
Overall, Hilmi can talk something more fast than his sister, Nadya.

[+/-] Selengkapnya...

Friday, July 4, 2008

The lessons from children

It is not impossible thing if children give us a lesson in living. Nadya & Hilmi have given a lesson to abi in last two days.
Yesterday, we went to ummi's friend home for a business by motorcycle without Nadya, just abi, ummi, and Hilmi. Because we went without Nadya, Hilmi sat between abi (as driver) and ummi. In the traveling, when a big car passed to us, Hilmi 'memeluk' abi more 'erat'. Hilmi did the same thing when abi added the velocity of motorcycle. Hilmi looked so afraid.
When, we went to home return, we changed Hilmi's position. Hilmi was steady in the middle, but he was 'pangku' by ummi. O course, in the traveling, sometimes there was a big car (with its big sound) passed to us. Surprised, because Hilmi wasn't feel afraid like before. One lesson we get from that traveling is a baby feel better in 'pelukan' his mom then in other position.
The other lesson, I got from my daughter, Nadya. In this morning, she made me ashamed to ummi. She asked to ummi for cooking breaksfast. She said,"laparka ummi". So, ummi cooked something for her and the other people at home. When the breakfast was finished to be made, ummi prepared to 'sajikan' on the table. Surprised, suddenly Nadya said, "pintarnya ummi masak". Of course, we laughed for hearing her comment. Special for me, its make me ashamed to ummi because (sambil tersenyum) ummi said, "itu dengarki abi, ana'ta', masih kecil pintarmi memuji, qt tida' pernaki pujika"

[+/-] Selengkapnya...

Thursday, July 3, 2008

Learning Color

One of many books that I bought last month was about color lesson for children. Nadya, our daughter, was very interested to that book, since she has got the book, she began to learn about the color of everything.
For the first step, she asked the name of each kind of color; red, blue, green, yellow, etc. Then, she compared one color in the book with other color such as: wall, trousers, shirt, her toys, and so on. If, we got the same color between something and one color in the book, she looked happy. She said, "saama..saama..", while she showed something on her hand and one color in the book.
For the first three days, sometimes she got wrong when she tried to guess one color. Sometimes, she forget the name of one color, although she knew the color that she meant. If this happen, she would says, "emm..apadi'.."
Nadya started to learn about color on 7th June in this year, but she was able to differenciate the color even better about one week later.

[+/-] Selengkapnya...

Friday, June 27, 2008

Investasi Pendidikan anak-anak

Peraturan Pemerintah No.35 Tahun 2008 tentang Pemberian Gaji ketigabelas kepada Pegawai Negeri, Pejabat Negara, dan Penerima Pensiun mengamanahkan agar gaji ke-13 tersebut diberikan pada bulan Juni 2008. Penggunaan gaji ke-13 tersebut diharapkan untuk memenuhi keperluan baiaya pendidikan anak sekolah. Sebagai PNS, abi telah menerima gaji ke-13 tersebut.
Berhubung Nadya & Hilmi belum sekolah, gaji ke-13 tersebut tidak digunakan untuk keperluan tersebut. Namun demikian, tetaplah dalam jalur kepentingan pendidikan. Sebagian dari gaji ke-13 tersebut kami manfaatkan untuk membeli buku-buku untuk pendidikan Nadya & Hilmi serta membayar premi asuransi Pendidikan Hilmi.
Pada awal bulan Juni, kami mengajak Nadya & Hilmi jalan-jalan ke Gramedia. Selain untuk menyalurkan gaji ke-13 sesuai peruntukannya, momen tersebut juga kami manfaatkan untuk membiasakan anak-anak kami mengunjungi toko buku.
Di Gramedia, nadya & Hilmi kami bawa ke bagian buku anak-anak. Mereka kami bebaskan berlari ke sana kemari melihat-lihat buku. Bahkan sebagian dari buku yang kami beli adalah pilihan mereka sendiri, tanpa menimbang terlalu jauh penting-tidaknya buku tersebut bagi mereka.
Kepedulian kami akan masa depan pendidikan anak-anak juga kami wujudkan dalam bentuk 'investasi' biaya pendidikan. Maka sejak awal tahun 2008 ini, Nadya & Hilmi kami daftarkan pada program Fulnadi Asuransi Takaful. Biaya atas premi asurasi tersebut kami ambil dari honor abi mengajar di ATEM.
Semoga niat dan perencanaan yang baik ini diberkahi oleh Allah SWT, sehingga pendidikan anak-anak kami lebih berkah dan dilimpahkan rezeki lebih banyak dari Allah, amin...

[+/-] Selengkapnya...

Wednesday, June 25, 2008

Sikap Dewasa Nadya

Pada suatu siang, kira-kira dua pekan lalu, ummi sedang shalat sementara abi lagi disibukkan oleh suatu urusan. Dari ruang tamu, Hilmi mencari-cari orang yang bisa memperbaiki mainannya yang sedang rusak. Bagian penutup mobil-mobilannya terlepas. Hilmi minta bantuan ummi, tapi ummi sedang shalat. Hilmi minta tolong pada abi, tapi tidak dipenuhi. Hilmi mulai marah dan merengek-rengek.
Nadya yang sedang tidur-tiduran di kursi panjang ruang tamu merasa iba pada adiknya. Dia segera memanggil adiknya dan menawarkan bantuan. "Immi, cini dek".
Pada kesempatan lain, ketika Hilmi nangis ingin segera dibuatkan susu, Nadya membujuk adiknya sembari menenangkannya, "sabas ya..sabas ya..(maksudnya: sabar)".
Pekan lalu, sikap dewasa Nadya nampak dalam bentuk lain. Setelah selesai mandi, ummi menyuruh Nadya ke kamar untuk mengambil baju dan celana. Agak lama ditunggu, Nadya tidak keluar kamar juga. Ketika ditengok ke kamar, ternyata Nadya sedang mencoba memakai sendiri celananya. Dan rupanya dia berhasil. Dia punya cara sendiri untuk bisa pakai celana. Dia duduk di tepi ranjang, kemudian memasukkan kakinya satu per satu ke dalam celana dan mengakatnya sedikit hingga lutut. Selanjutnya Nadya turun dari ranjang, kemudian menaikkan celananya hingga terpasang rapi.

[+/-] Selengkapnya...

Tuesday, June 24, 2008

Sebutan Hilmi yang sudah lama dinanti

Perkembangan Hilmi tidak kalah membanggakannya dengan perkembangan Nadya, kakaknya. Perkembangan Hilmi banyak terbantu dengan keinginannya untuk bisa memiliki apa yang dimiliki kakaknya. Hilmi mau tau apa yang diketahui kakaknya. Kalau Nadya sedang belajar mengenal jenis-jenis buah melalui poster yang kami tempel di pintu lemari es, Hilmi akan ikut menunjuk-nunjuk poster, seakan-akan ingin menanyakan nama buah yang ditunjuknya. Ummi bisa disebut sebagai 'tokoh utama' yang paling berperan membimbing mereka mengetahui segala sesuatu.
Setelah mengajarkan nama-nama anggota tubuh manusia (mata, telinga, mulut, dan sebagainya), ummi mulai mengajarkan macam-macam suara hewan pada Hilmi. Pekan lalu adalah periode awal kemampuan Hilmi menirukan suara sesuatu. Hilmi sudah pandai meniru suara kucing, anjing, bebek, sapi, ayam, kambing, macan, dan beberapa hewan-hewan yang dia kenal.
Saat ini, Hilmi sudah setahun plus lima bulan. Kami memperkirakan, kemampuan Nadya dan Hilmi tidak akan jauh beda, sebagaimana usianya yang hanya selisih 13 bulan.
Kemarin, perkembangan Hilmi dalam hal meniru suara dan mengucapkan kata-kata memasuki tahapan yang sudah lama kami nanti-nantikan. Hilmi sudah bisa memanggil abi dan umminya. Sore kemarin, saat sedang santau di beranda belakang rumah, tiba-tiba Hilmi muncul dari ruang keluarga sambil memanggil umminya. "mmi..mmi..". Hati ummi berbunga-bunga. Ummi tidak 'lupa daratan'. Segera saja, dia menguji kemampuan Hilmi. "Coba panggil abi, nak. Bilang 'abi', bujuknya. "Abi..abii..". Subhanallah!!! Ternyata Hilmi bisa. Maka saat itu juga kami menobatkan Hilmi sebagai 'pangeran' di dalam hati kami.

[+/-] Selengkapnya...

Ummi cayang, abi cayang

Berilah contoh yang baik pada anak-anak kita, niscaya mereka akan mempraktikkan hal-hal yang biak pula. Salah satu kebiasaan ummi sejak Nadya masih berusia setahun lebih adalah mengulang panggilannya pada Nadya (dan sekarang juga pada Hilmi) jika panggilan pertama tidak digubris. Pengulangan panggilan ummi lakukan dengan menambahkan embel-embel "sayang". Misalnya, ketika ummi mengingatkan Nadya untuk pipis di kamar mandi (supaya tidak pipis di celana). "Nadya, pipis di kamar mandi, yuk". Biasanya, kalau sedang asyik main, Nadya cuek saja tanpa menjawab sedikit pun. Kalaupun menjawab, Nadya akan menolak dengan berujar,"main saja,ummi" atau yang semacamnya. Saat itulah, ummi akan mengulang bujukannya. "Nadya, pipis dulu di kamar mandi sayang".
Pekan lalu, kami surprise, ketika Nadya 'punya ide' untuk meniru kebiasaan ummi itu. "Mau ke manaki ummi, cayang?", tanya Nadya suatu waktu ketika melihat ummi sudah rapi. Pada saat yang lain, Nadya meminta tolong pada saya untuk dibukakan toples berisi biskuit. "Abi, bukakan". Karena saya tidak memperhatikan permintaannya, Nadya malah mengulangnya dengan berkata,"bukakan dulu abi cayang".
Rupanya, Nadya semakin pandai meniru kebiasaan orang tuanya. Lebih dari itu, Nadya seakan-akan mengerti bahwa dengan menambahkan kata 'cayang' pada suatu permintaan akan memudahkan dipenuhinya permintaan itu. Dengan embel-embel 'cayang' saat menanyakan sesuatu, maka semakin baik jawaban atas pertanyaan itu akan diberikan.

[+/-] Selengkapnya...

Wednesday, June 11, 2008

Antara "bodoh" dan "tidak pintar"

Anak-anak ibarat kertas putih yang bisa ditulis apa saja di atasnya, atau ibarat cd kosong yang bisa diisi file apa saja. Nadya dan Hilmi kami upayakan dibentuk sebaik mungkin sejak dini, mulai dari cara menjawab salam, cara makan, sampai pada pilihan kata-kata yang harus mereka ucapkan.
Bahwa pembentukan pribadi anak adalah sebuah proses, tentu tidak bisa dipungkiri. Dulu, jika Nadya melakukan tindakan kurang baik (misalnya pipis di celana), maka kami berkomentar:"ai... Nadya bodoh, kencing di celana". Ternyata efeknya kurang baik. Kata "bodoh" menjadi kosakata yang dia gunakan jika melihat hal-hal yang kurang terpuji atau mengomentari sendiri dirinya ketika berlaku buruk.
Khawatir jika Nadya merasa "memiliki" sifat bodoh itu, maka kami mulai mengubah pilihan kata. "bodoh" kami ganti dengan "tidak pintar". Sama saja maknanya memang, tapi rasa-rasanya "tidak pintar" tidaklah seburuk "bodoh" efek psikologisnya bagi seorang anak.
Sekarang, Nadya sudah terbiasa menggunakan kata "tidak pintar" sebagai pengganti kata "bodoh". Kalau Hilmi, adiknya tidak mau makan, Nadya akan berujar: "Hilmi tidak pintar". Ketika Nadya pipis di celana, maka ia akan mengatakan: "Nadya tidak pintar".

[+/-] Selengkapnya...

Wednesday, May 28, 2008

Belajar Mencocokkan Sesuatu

Saya masih ingat salah satu bentuk soal latihan dan soal ulangan sewaktu sekolah dulu, bentuk penjodohan. Di sebelah kiri, ada beberapa kata dengan kategori tertentu (misalnya nama-nama provinsi) yang harus dipasangkan dengan beberapa kata di bagian kanan dengan kategori lain yang berhubungan dengan kategori yang di bagian kiri tadi (misalnya ibukota provinsi). Siswa yang bisa menjawab soal bentuk ini tentunya adalah yang hafal atau paham dengan pasangan tiap-tiap kata.
Hari Ahad kemarin, Nadya memperlihatkan kecenderungan sudah mulai belajar memasangkan atau mencocokkan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Di tengah-tengah keasyikannya bermain dan belajar, Nadya meminta umminya untuk menggambar di kertas. Yang dia minta untuk digambar macam-macam, jenis-jenis hewan, balon, jenis-jenis kendaraan, orang, dan sebagainya. Kemudian Nadya minta digambarkan dirinya. Setelah gambar Nadya jadi, ummi bertanya, “Nadya pakai apa?” (maksudnya, di bagian kepala biasanya nadya pakai apa?). Spontan saja Nadya menjawab “jibba’ (jilbab)”. Trus ummi tanya lagi, “siapa lagi yang mau digambar?” Nadya jawab “Immi (Hilmi, adiknya)”. “Pakai apa?”,tanya ummi lagi. “ee...topi”, kata Nadya. Begitu seterusnya, hingga beberapa orang, Ummi:jilbab, Iccank:topi, dan lain-lain. Ketika tiba giliran abi digambar, ummi tanya lagi, “pakai apa?”, dengan spontan Nadya menjawab:”helm”. Hehehe... ternyata yang Nadya ingat adalah saat abinya mau keluar rumah atau tiba di rumah setelah bepergian.

Hal lain yang menampakkkan proses belajar dan daya ingatnya adalah saat ummi tanya, “siapa lagi?”, Nadya menjawab:”Inna (maksudnya adalah tante Misnah)”. Mungkin karena siang kemarin baru saja dari rumah sakit menjenguk tantenya tersebut. Nadya kelihatan berpikir agak lama ketika ditanya, “pakai apa?”. Mungkin Nadya berpikir, “biasanya perempuan pakai jilbab seperti Nadya dan Ummi, tapi tante Inna tidak pernah saya liat pakai jilbab. Pakai topi, tidak cocok, apalagi helm”. Setelah agak lama berpikir, akhirnya dia bilang “pakai jibba’ saja”. Tentunya dia berpikir, meskipun tante Inna tidak pernah kelihatan pakai jilbab, tapi hanya jilbab yang paling cocok digambarkan di kepala tante Inna (dibandingkan topi atau helm).
Mendengar cerita dari ummi di atas, saya jadi sangat bangga pada Nadya. Bangga atas proses belajarnya, penggunaan logikanya, daya ingatnya, dan tentu saja spontanitasnya. “Fabiayyi aalaairabbikumaa tukadz-dzibaan”.

Makassar, 21 April 2008

[+/-] Selengkapnya...

Hilmi is Back

Hal yang paling menyenangkan bagi orangtua adalah melihat nafsu makan yang baik pada balitanya. Sejak bisa mengkonsumsi makanan selain susu (usia setahun), Hilmi memiliki nafus makan yang bagus. Kalau makan selalu lahap. Apalagi kalau lagi lapar, terlambat sedikit saja disuap, Hilmi akan merengek dan “menyerang” yang memegang piringnya.
Nafsu makan Hilmi dalam sebulan terakhir ini mulai hilang. Kami tentu saja sangat khawatir akan mempengaruhi kesehatan dan daya tahan tubuhnya. Terbukti dari berat badannya yang turun drastis, juga kelihatan agak kurus. Teman-teman ummi yang biasanya berkomentar “bagus badannya Hilmi tawwa”, pekan lalu mengamini kalau Hilmi sudah kelihatan kurusnya. Selera makan Hilmi makin menurun sejak kena flu 2 pekan lalu.
Tapi entah karena pengaruh apa, sejak 2 hari yang lalu, nafsu makan Hilmi mulai meningkat. Bukan hanya 1 atau 2 sendok nasi & lauk yang masuk ke mulutnya, tapi bisa habis 1 piring kecil. Nampaknya, kemarin saat makan siang Hilmi sempat nambah beberapa sendok setelah sepiring nasinya habis dia santap. Melihat selera makan yang sudah mulai pulih, saat makan malam kemarin ummi bilang:”Ini baru Hilmi namanya...”. Memang, sepertinya kami kehilangan Hilmi dalam sebulan terakhir ini. Hilmi yang sebenarnya baru kembali 2 hari yang lalu. Hilmi yang selera makannya bagus, yang tidak sabaran selalu mau cepat disuap, selalu merampas kaka’nya kalau sedang makan kue atau cemilan lainnya. Hilmi is back. We hope so...

Makassar, 28 April 2008

[+/-] Selengkapnya...

“Sayapa, Ummi Capek”

Pada usia menjelang dua setengah tahun, Nadya makin pandai menggunakan memorinya untuk “menguatkan argumennya”. Kemarin, seperti yang biasa dilakukannya, Nadya meminta umminya untuk menyanyikan beberapa lagu anak-anak yang sudah sering dia dengarkan, seperti “balonku”, “cicak di dinding”, “burung kakatua”, dan yang lainnya. Setelah menyanyikan beberapa lagu, ummi merasa capek juga, sementara Nadya masih memintanya menyanyikan lagu yang lain. “Capek ummi, nak”, kata ummi beralasan.

Beberapa menit kemudian, Nadya nyanyi-nyanyi sendiri. Ketika ada sya’ir lagu yang dia nyanyikan salah, spontan ummi menegur dan memberitahu perbaikannya. Tanpa diduga, Nadya justru protes dengan teguran umminya sambi berujar:”sayapa, ummi capek”. Mungkin maksud nadya, “ummi tidak usah tegur-tegur Nadya, khan ummi capek, biarkan saja saya nyanyi sendiri”. Hehehehe... ternyata ummi bisa dibuat keki sama Nadya.

Makassar, 18 April 2008

[+/-] Selengkapnya...

Gangguma’, Kugigikko !

Sebenarnya kebiasaan Hilmi ini sudah lama kami tahu. Bahkan keluarga yang lain juga sudah tahu dan sudah pernah merasakannya. Hilmi gemar menggigit. Awalnya, menggigit “apapun”, lama-kelamaan berkembang menjadi “siapapun”.
Efek gigitan Hilmi juga tidak main-main. Seringkali gigitan Hilmi berbekas di kulit, di tangannya Abi, di perutnya Ummi, bahkan di punggunga Nadya.
Sejak kira-kira dua bulan lalu, awal Hilmi mulai gemar menggigit, kelihatannya hanya sekedar sebagai kegemaran, karena suka saja, kemudian jadi kebiasaan. Namun akhir-akhir ini, menjadi agak mengkhawatirkan. Hilmi mulai menggunakan gigitannya sebagai “senjata”. Hilmi memang paling dekat dengan umminya. Dia tidak senang kalo Nadya bermanja-manja dengan ummi. Kalo Hilmi butuh ummi, tapi Nadya ada dipangkuannya, maka Hilmi mulai bereaksi. Dia mendekat ke ummi, minta dipeluk atau dipangku sambil mendorong-dorong Nadya agar segera menjauh dari ummi. Kalo Nadya tidak bergeser, maka Hilmi bereaksi lebih keras. Dia menggigit Nadya.
Pada kesempatan lain, ketika Nadya sedang belajar menggambar bersama ummi, Hilmi datang mengganggu. Dia merampas pensil Nadya. Ummi mengalihkan perhatiannya dengan mengambil pensil lain untuk Hilmi. Ternyata Hilmi duduki kertas gambar. Ummi ambil kertas lain, lalu Ummi dan Nadya mulai lagi menggambar. Merasa usahanya tidak berhasil, Hilmi menggigit Nadya. Nadya berteriak kesakitan. Ummi menegur Hilmi, “jangan Hilmi, tidak boleh gigit kakak”. Dapat teguran ummi, malah Hilmi mendekat dan menggigit ummi. Wah, anak abi semakin ganas rupanya...ck..ck..ck..

Makassar, 21 April 2008

[+/-] Selengkapnya...

Uaa..uaa..uaaaa...

Sepertinya sifat anak-anak memang begitu, apalagi yang masih berusia balita. Sebagai seorang ade’, sifat paling menonjol dari Hilmi adalah selalu ikut-ikutan dengan kaka’nya, Nadya. Nadya main balon, Hilmi ikut main balon. Nadya naik ke kursi, Hilmi ikutan naik di kursi. Nadya ke teras rumah, Hilmi menyusul ke teras rumah. Bahkan untuk hal yang belum bisa diikuti sepenuhnya pun, Hilmi tetap berusaha meniru kaka’nya.
Kalo Nadya sedang menyanyi, apalagi kalo lagunya lengkap dan cara menyanyinya serius, biasanya Nadya mendapat pujian dari Abi atau Ummi. Mungkin selain sekedar mau ikut-ikutan, Hilmi juga mau mendapatkan pujian yang sama, sejak pekan lalu, Hilmi berusaha menyanyi. Ketika Nadya sedang menyanyikan sebuah lagu, tiba-tiba Hilmi ikut bersuara:”ua..uaa..uaaaa...”. awalnya, kami tidak paham kalo suara Hilmi tersebut adalah nyanyiannya. Setelah hal serupa diulang-ulang, barulah kami paham kalo ternyata Hilmi sedang bernyanyi.

Makassar, 21 April 2008

[+/-] Selengkapnya...

Ummi, Beya’ Immi

Salah satu kelebihan anak batita adalah belum munculnya perasaan jijik yang berlebihan terhadap sesuatu. Nadya termasuk salah satu dari mereka.
Usianya masih 2 tahun 2,5 bulan, ketika suatu hari mengagetkan umminya. Hilmi, adiknya yang masih berumur setahun waktu itu sedang beol, dan tahinya jatuh ke lantai. Ketika mengetahui Hilmi beol, Si Ummi langsung mengangkatnya dan membawa ke kamar mandi untuk dibersihkan. Sementara Hilmi sedang “dieksekusi”, tiba-tiba Nadya muncul di dekat pintu kamar mandi. “Ummi, beya’ Immi”, ujarnya sambil memperlihatkan tahi Hilmi di tangannya yang dia bungkus dengan celana Hilmi yang dipakainya tadi.
Tentu saja, Si Ummi kaget dan tak menyangka kalau Nadya bisa melakukan hal seperti itu.

Makassar, Maret 2008

[+/-] Selengkapnya...

Minum Obat Tanpa Paksaan

Biasanya, Nadya dan Hilmi, kedua buah hati kami sangat sulit diberi obat. Meminumkan mereka obat yang berbentuk sirup atau puyer yang dicampur air adalah kegiatan yang bisa bikin stress.

Empat hari yang lalu, Nadya kami bawa ke dokter karena muntah-muntah dan “buang-buang air”. Hal ini bermula ketika kami bawa mereka belanja ke mall pada sabtu malam. Tiba di rumah, Nadya kelihatan pucat dan tidak bergairah melakukan apapun, maunya hanya baring. Tak lama kemudian, dia muntah. Sepanjang malam, kira-kira 4-5 kali Nadya muntah disertai demam.

Obat yang kami beli di apotek langsung kami berikan pada Nadya. Seperti biasa, dia menolak sejadi-jadinya sambil menangis dan berteriak-teriak. Kalau sudah begitu, akhirnya obat masuk juga ke mulutnya dengan cara dipaksa. Hal ini masih berlangsung hingga 2 hari berikutnya.

Pengaruh membaca buku Asma Nadia dan Isa ada juga. Buku “Potret rumah Penuh Warna” memberi inspirasi pada kami untuk memberikan obat pada anak-anak dengan cara lain. Kami mencoba membujuknya agar mau minum obat. Dia menolak. Kami rayu dan kami puji-puji. “Pintarki tawwa Nadya minum obat itue, coba dulu, nak. Sedikitmo”. Akhirnya dia mau mencicipi obatnya pada ujung-ujung sendok dalam posisi duduk tanpa dipegang lagi. Kami makin memujinya. “Palla’na tawwa, pintar mentongi”, pujiku bersama umminya. Maka obat sebanyak 1½ sendok berhasil dihabiskannya. Sejak saat itu, kami memberi Nadya dan Hilmi obat tanpa memaksa, tapi dengan memuji-muji sambil mendudukkannya di kursi.

Makassar, 19 Maret 2008

[+/-] Selengkapnya...

Keluarga NHA

Keluarga NHA