Monday, December 12, 2011

Bakat Menjual

Entah dari siapa bakat menjual Nadya diturunkan. Umminya memang telah menjual beberapa barang dagangan selama tinggal di Depok, mulai dari baju kaos sulam perca, pakaian muslim dari Tanah Abang, hingga produk tupperware. Tapi, si Ummi bukanlah pedagang tulen. Kalau menawarkan harga, selalu ada pertimbangan kasihan alias ‘tidak tegaan’. Abi Nadya apalagi. Belum sebuah barang pun pernah dijualnya.

Bakat menjual Nadya betul-betul sudah kelihatan. Belum lama ini, Nadya menagih rencana yang dia buat dengan umminya di Depok, bahwa kalau pulang ke Makassar akan membuat gelang, kalung, cincin dari bahan manik-manik untuk dijual. Setelah tertunda beberapa pekan, akhirnya rencana itu pun diwujudkan. Setelah jadi, Nadya langsung menjualnya di sekolah tempat si Ummi mengajar. Bukan hanya siswa yang ditawari, guru-gurunya juga disodori. Alhasil, beberapa gelang laris terjual dan pesanan pun datang.

Entah dari siapa bakat menjual Nadya diturunkan. Si Ummi memang telah menjual beberapa barang, tapi cara menjual Nadya berbeda. Dia bukan tipe penjual ‘tidak tegaan’. Suatu hari, seorang guru memesan sebuah gelang. Esoknya, Nadya membawa pesanan sang guru. Sang guru pun menerima, tapi belum memberikan uangnya. “Sebentar saya bayar ya Nadya…”, janji guru tersebut. Nadya mencoba bersabar menunggu. Beberapa jam kemudian, setelah guru tersebut menyelesaikan tugasnya di kelas, dia istirahat di lantai bawah. Nadya yang melihat guru tersebut merasa senang karena akan segera menerima uang hasil penjualannya. Eeh…, ternyata uangnya belum diberikan.

Nadya mencoba bersabar lagi. Saat Hilmi punya keperluan (beli kue yang dijual guru tersebut di sekolah) dengan guru tersebut, Nadya menawarkan diri untuk menggantikan Hilmi dengan harapan kalau dia berinteraksi dengan guru tersebut, dia akan ingat hutangnya. Dua kali Hilmi punya keperluan dengan guru tersebut, dua kali pula Nadya menggantikannya, tapi guru tersebut tidak juga ‘ingat’ akan janjinya membayar gelang yang sudah dibelinya. Sang guru malah naik kembali ke lantai 3 untuk mengajar pada jam berikutnya.

Nadya mulai kecewa. Profesinya sebagai pedagang mulai mendapatkan tantangan yang cukup berat. Berbagai cara halus untuk menagih telah dicobanya, tapi tidak berhasil. Dia malah sempat berujar “Kalau begini caranya, Nadya mau berhenti saja jual gelang”, ujarnya dengan nada kesal. Saat aktivitas di sekolah bubar, Nadya mendapatkan kesempatan terakhir untuk menagih piutangnya. Dia menunggu guru tadi turun ke lantai bawah. Saat guru tersebut sudah nampak, dia langsung menghampirinya. Tanpa basa-basi Nadya langsung menagih, “ Tante Hera, gelangnya belum dibayar”. Guru tersebut sangat malu pada Nadya dan merasa bersalah. Akhirnya Nadya pun mendapatkan haknya. Jadi, Nadya tidak jadi berhenti berdagang, kan?

[+/-] Selengkapnya...

Keluarga NHA

Keluarga NHA