Friday, December 10, 2010

Belajar tentang Tauhid

Tiba-tiba saja, saat makan malam, Hilmi banyak bertanya tentang masalah tauhid (pada Ummi). Nadya menyambung pertanyaannya sesekali. Berikut ini percakapan mereka:
Hilmi: “Allah itu 2 atau 3?
Ummi: “Allah itu Maha Esa. Allah itu 1.”
Hilmi: “Allah itu matahari?
Ummi: “Bukan, Allah yang menciptakan matahari.
Nadya: “Allah itu awan?” (Nadya menyambung pertanyaan Hilmi)
Ummi: “Bukan, Allah juga menciptakan awan dan semua makhluk hidup.”
Hilmi: “Bagaimana sih bentuknya Allah?
Ummi: “Ummi juga tidak tahu. Allah gak bisa kita lihat.”
Hilmi: “Kenapa?
Ummi: “Kita bisa lihat Allah kalau kita masuk surga nanti.”
Hilmi: “Allah itu bentuknya segitiga ya?
Ummi: “Bukan. Bentuk Allah tidak seperti gambar-gambar bentuk.” (Hilmi sudah paham beberapa bentuk bangun ruang 2 dimensi, seperti segitiga, segiempat, dan lingkaran)

[+/-] Selengkapnya...

Tuesday, November 23, 2010

Manasik Haji

Hari ini, Nadya & Hilmi bangun lebih cepat dari biasanya. Pkl. 5 pagi tadi, Nadya sudah bangun. Hilmi menyusul dibangunkan 10 menit kemudian. Keduanya segera disiapkan. Setelah cuci muka, langsung sarapan, kemudian mandi. Cuaca agak dingin karena hujan rintik-rintik di luar kamar kost. Makanya, Hilmi agak malas-malasan karena masih mau tidur. Alhamdulillah, pkl. 06.15 mereka sudah siap dan berangkat menuju ke tempat pemberangkatan 'jama’ah haji dari Kober'. Yah, hari ini, Nadya & Hilmi ikut rombongan untuk menunaikan 'ibadah haji'.

PAUD Syakura Kids, tempat Nadya & Hilmi bermain sambil menuntut ilmu punya beragam kegiatan untuk para siswanya. Setelah pawai Ramadhan dua bulan lalu, pekan lalu mereka “menyembelih hewan qurban” di sekolah untuk memaknai hari Raya Idul Adha 1431 H. Hari ini, mereka bergabung dengan beberapa sekolah PAUD lain di Depok mengikuti kegiatan Manasik Haji 1431 H. di halaman Masjid Qubah Mas di Sawangan, Depok.

Setelah melakukan persiapan beberapa saat di sekolah, rombongan PAUD Syakura Kids yang terdiri dari 5 mobil berangkat menuju Masjid Qubah Mas. Siswa wanita memakai baju, celana, dan jilbab putih sedangkan yang laki-laki mengenakan pakaian ihram layaknya jama’ah haji sungguhan. Hanya Hilmi yang tidak mau memakai pakaian ihram. Dia hanya mau pakai celana dan baju koko putih. “Malu”, katanya ketika ditanya alasannya tidak mau mengenakan pakaian ihram. Maklum, badan dan lengannya sedikit terbuka, sebagaimana layaknya lakaian ihram dipakai orang dewasa.

Ummi yang menyertai Nadya & Hilmi pada kegiatan tersebut mengungkapkan kekagumannya. "Seperti di Mekkah betulan. Pesertanya banyak sekali. Jumlahnya mencapai 4500 siswa(i)", komentarnya. Alhamdulillah, Nadya & Hilmi tidak rewel. Banyak anak-anak yang rewel. Ada yang tidak mau masuk ke barisan jama'ah haji karena takut melihat anak-anak yang sangat banyak. Ada yang nangis mencari-cari ibunya. Ada pula yang muntah-muntah. Yang muntah kebanyakan anak laki-laki yang pakai pakaian ihram tanpa baju dalam. Jadi, mungkin masuk angin.

[+/-] Selengkapnya...

Tuesday, November 16, 2010

Peduli Musibah

Sejak beberapa tahun terakhir, musibah seakan tak mau berhenti ‘bertamu’ ke negeri kita ini. Gempa bumi, banjir, tanah longsor, tsunami silih berganti menghantam negeri ini dari satu daerah ke daerah yang lain. Terakhir, tsunami di Mentawai dan meletusnya Gunung Merapi mengakibatkan korban jiwa yang banyak dan kerugian material yang besar.

PAUD Syakura Kids mengambil hikmah bencana tersebut dengan mengajarkan siswa-siswinya agar punya rasa peduli sejak usia dini. Jum’at pekan lalu, seluruh siswa Syakura Kids diajak ikut menyumbang untuk korban bencana Merapi dan Mentawai Nadya dan Hilmi turut memberikan sumbangannya. Sehari sebelumnya, para guru menggambarkan secara singkat tentang bencana letusan gunung Merapi dan tsunami tersebut. Hari itu, mereka juga menyampaikan kepada para siswa agar mengajak orang tua menyumbang untuk para korban yang tertimpa musibah tersebut.

Hari jum’at itu, pagi-pagi Nadya dan Hilmi berangkat ke sekolah dengan ‘bekal’ sumbangan di tas mereka masing-masing. Nampak kebanggaan pada diri mereka saat menyetor sumbangan itu kepada guru mereka. Mereka senang karena merasa turut menyumbang untuk orang-orang yang kena bencana.

Ahad kemarin, 14 November 2010, dua hari setelah menyumbang melalui Syakura Kids, nadya dan Hilmi hadir pada acara “Damai Indonesiaku” di masjid Istiqlal, Jakarta. Acara yang bermuatan do’a dan dzikir untuk Indonesia dan para korban bencana itu juga menyediakan sarana untuk menyumbang. Sekali lagi, Nadya dan Hilmi kami bekali dengan rasa peduli. Mereka kami beri masing-masing selembar uang untuk mereka masukkan ke kantong ‘sunduq bencana’.

[+/-] Selengkapnya...

Lomba Blog Depok 2010

Baru-baru ini, blogspot Nadya & Hilmi ini diikutkan pada Lomba Blog Depok yang diadakan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika kota Depok. Lomba diikuti oleh 644 peserta dari 4 kategori: umum, ibu rumah tangga, SMA, dan SMP. Blog Nadya & Hilmi ini didaftarkan dalam kategori ibu rumah tangga a.n.Si Ummi (Inayatul Hidayah).

Masa pendaftaran ditutup pada tanggal 17 September 2010. Pengumuman pemenang diundur karena adanya perhelatan Pemilukada Depok. Acara seremonial pengumuman pemenang baru diadakan pada tanggal 6 November 2010 di Mall Depok, Jl.Margonda Raya. Acara ini juga dihadiri oleh Menkominfo, Ir.Tifatul Sembiring dan Walikota Depok, Dr.Nur Mahmudi Isma'il.

Ada 2 artikel yang diikutsertakan, yaitu "Ice Cream Day" dan "Laa Taghdob". Alhamdulillah, artikel dengan judul "Ice Cream Daya" dari blog ini berhasil masuk dalam jajaran Top 25 dari kategori ibu rumah tangga, meskipun akhirnya tidak terpilih dalam Top 10 dan juara.

[+/-] Selengkapnya...

Sunday, October 17, 2010

Musibah Keluarga

Apa yang kami khawatirkan, akhirnya terjadi juga. Salah satu diantara kami harus ‘merasakan’ nginap di rumah sakit di tempat yang jauh dari sanak family, di Depok ini. Yah, Nadya terpaksa harus kami bawa ke RS Mitra Keluarga Depok karena ia muntah-muntah seharian, sejak jam 9 pagi hingga jam 2 dini hari. Tak ada makanan dan minuman yang sanggup bertahan di lambungnya. Semua dimuntahkan, termasuk air minum sekalipun.

Musibah ini datangnya beruntun. Abi yang pertama kena. Rabu sore, sepulang dari kampus, Abi merasakan sakit pada lambung, nyeri. Karena sudah pernah terjadi hal yang sama saat Ramadhan yang lalu (bulan lalu), maka hanya diberi minyak gosok, balsem, dan minyak theraphys. Alhamdulillah, Abi sudah sembuh malam harinya. Namun, tiba-tiba saja, esok harinya, kamis, Ummi kena diare. Ummi muntah-muntah dan BAB terus-menerus, hingga lemas. Setelah mengkonsumsi obat dan minum air kelapa, alhamdulillah Ummi sembuh juga.

Pada hari yang sama, Hilmi juga menderita diare. Untungnya, Hilmi tidak muntah-muntah, hanya BAB terus. Keadaan Hilmi mulai mendingan dua hari kemudian, sabtu pagi. Pada sabtu pagi tersebut, giliran Nadya yang kena. Sebenarnya Nadya bangun dalam kondisi ceria dan kelihatan sehat seperti hari-hari sebelumnya. Tiba-tiba saja setelah sarapan Nadya muntah. Maka, ia diberi madu dan badannya gosok dengan minyak kayu putih. Karena tidak kunjung berhenti muntah, bahkan disertai BAB, maka Nadya diberi minum air kelapa. Dugaan Abi dan Ummi, Nadya keracunan makanan saat sarapan. Tidak mempan juga. Sorenya, ia dibawa ke dokter praktik. Dokter memberikan obat diare, penurun panas (demam), antibiotik, dan obat anti-muntah. Seperti saran dokter, Nadya baru diberi makan dan minum setengah jam setelah diberi obat anti-muntah. Sayangnya, Nadya masih muntah terus. Apapun yang masuk ke mulutnya akan keluar lagi. Minum air putih sekalipun, sesaat kemudian keluar lagi lewat muntah.

Abi dan Ummi tidak bisa menunggu lama. Pukul 2 dini hari, Nadya diboyong ke Rumah Sakit Mitra Keluarga. Situasi saat itu sungguh tak mengenakkan. Hilmi terpaksa kami tinggalkan dalam keadaan tidur. Pintu kamar kost kami kunci lalu kuncinya dititipkan pada tetangga kamar sekalian titipkan Hilmi kalau-kalau dia terbangun.

Sementara itu, Abi menggendong Nadya dan Ummi menggendong tas ransel sambil berjalan di keheningan sejauh setengah kilometer untuk mendapatkan taxi. Abi dan Ummi tidak punya informasi tentang rumah sakit yang menerima asuransi kesehatan (askes) dan yang biayanya murah. Satu-satunya informasi yang dimiliki adalah biaya periksa dan berobat di RS.Bunda Margonda sangat mahal, sementara RSUD Depok sangat jauh. Maklum, selama ini kalau ada anggota keluarga yang sakit, hanya Puskesmas Pancoran Mas yang disambangi, semua gratis. Biaya pemeriksaan dokter gratis, biaya obat juga gratis.

Akhirnya RS.Mitra Keluarga yang berada tepat di depan kantor Balaikota Depok yang dituju. Masuk ke UGD, Ummi melakukan registrasi ke receptionist dan Abi diminta langsung membawa masuk Nadya ke ruang periksa UGD. Begitu tahu kalau rumah sakit itu tidak menerima askes, mulanya Abi dan Ummi ragu, namun kondisi Nadya harus segera ditangani. Apa boleh buat, urusan biaya belakangan saja dipikirkan.

Di ruang UGD, Nadya diperiksa dan langsung diambil sampel darahnya untuk dicek di laboratorium, sekaligus langsung diinfus karena sudah dehidrasi. Alhamdulillah, Nadya kuat dan sangat sabar. Empat kali tangannya kena suntik (2 di tangan kiri, 2 di tangan kanan), dia tidak menangis. Selain kuat dan sabar, sepertinya dia sudah lemas dan pasrah. Memang cukup kesulitan mencari nadinya, karena sudah dehidrasi.

Hasil lab menunjukkan kadar leukosit Nadya di atas normal (15.000
µl), sementara normalnya hanya 5.000-10.000 µl. ada pula dua parameter lain yang di luar batas normal. Yang jelas Nadya harus diopname. Abi agak cemas memikirkan biaya yang harus dibayar nanti melihat kondisi rumah sakit yang cukup mewah kelihatannya, tapi Nadya harus segera mendapatkan penanganan lebih lanjut. Obat-obatan juga harus segera diinjeksi, karena kalau diminum akan dimuntahkan juga, sehingga tidak efektif. Konsumsi makanan dan cairan juga harus segera dimasukkan ke tubuh Nadya. Sebagaimana sejak awal, hanya kepada Allah SWT selalu Abi dan Ummi berharap dan memohon pertolongan. Maka Nadya disetujui untuk dirawat (diopname) di RS Mitra Keluarga tersebut, di kelas III bagian anak.

Hari-hari Nadya diopname di rumah sakit adalah hari-hari yang tidak menyenangkan. Bukan hanya karena Nadya dalam keadaan sakit, tapi juga pengkondisian di kamar kost dan di rumah sakit. Aturan RS Mitra sangat ketat, terutama yang berkaitan dengan jadual kunjungan pasien, batasan usia orang yang berkunjung, serta batasan jumlah penjaga pasien. Alhasil, Hilmi tidak diizinkan untuk nginap di rumah sakit, bahkan untuk masuk ke ruang perawatan anak pun tidak boleh. Saat Abi dan Ummi harus bersama-sama mengurus keperluan Nadya, Hilmi terpaksa ditinggalkan, biasanya di ruang lobi rumah sakit. Kalau sudah begitu, Hilmi merasa kesepian dan kerap ngambek.

Sekali waktu, saat gantian untuk menjaga Nadya, karena tidak memungkinkan meninggalkan Nadya sendirian, maka Ummi harus naik lebih dulu ke kamar Nadya di kamar 3262 dengan meninggalkan Hilmi di lantai 1. Jika Ummi sudah datang, maka Abi boleh meninggalkan Nadya. Saat ke lantai 1, Abi menemukan Hilmi sudah ngambek dengan cara duduk di lantai sendirian di tengah orang-orang yang berlalu-lalang di rumah sakit. Miris hati Abi melihat pemandangan seperti itu.

Begitu pula jika akan gantian jaga di rumah sakit. Hilmi harus kami tinggalkan di kamar kost sendirian dalam keadaan tidur. Untungnya, kami punya tetangga kamar seorang akhwat yang baik, mahasiswi BSI semeter 3. Kepada dialah kami menitipkan Hilmi jika harus gantian jaga di rumah sakit.

Hari-hari Nadya di rumah sakit adalah hari-hari air mata. Ummi kerap tak dapat menahan diri dan matanya nampak berkaca-kaca. Misalnya, ketika Hilmi sangat ingin bertemu Nadya, tapi tidak mendapat izin dari satpam rumah sakit. Abi juga merasakan kesedihan yang sama. Maka, hari-hari itu adalah hari-hari yang lebih khusyu’ mengadu kepada Allah ‘azza wa jalla. Hanya kepada-Nya semua persoalan pantas diadukan. Dan Dialah yang Maha Pemberi pertolongan.
Alhamdulillah, setelah opname selama 3 hari, Nadya diperkenankan pulang. Saat Nadya tiba di lantai 1, Hilmi yang melihat kakaknya, langsung menghambur ke arah Nadya dan memeluknya. Haru kembali menyeruak melihat tontonan itu.

Alhamdulillah, Allah masih memberi rezeki untuk membayar semua biaya Nadya selama di rumah sakit. Jumlahnya lumayan besar untuk ukuran PNS golongan IIIB yang sedang tugas belajar, Rp 3,4 juta. Dari jumlah itu, kami mendapatkan sumbangan hampir setengahnya dari orang-orang baik di Depok. Mereka adalah keluarga kami, meski bukan dari sanak family kami. Kami tidak bisa mengandalkan bantuan dari keluarga di Makassar. Untuk memberitahu perihal sakitnya Nadya pun kami tidak lakukan. Kami tidak ingin mereka merasa khawatir.
Rabu siang, tanggal 6 Oktober 2010, Nadya kembali ke kamar kost kami. Yah, masih di kamar kost. Semoga ini tidak terulang lagi, amin.

[+/-] Selengkapnya...

Monday, September 20, 2010

Obsesi Cilik

Sejak kali pertama melihat ‘aksi’ seorang anak yang mengamen di angkot yang kami tumpangi di Depok, Hilmi nampak serius memperhatikan. Perhatiannya tertuju pada anak tersebut hingga ia turun dari angkot. Sejak saat itu, Hilmi menyimpan kekaguman akan penampilan seorang pengamen. Ia pun kadang-kadang nampak meniru aksi pengamen dengan mengambil mainannya yang mirip gitar dan bernyanyi-nyanyi menggunakan mainan itu. Kala itu, ia hanya punya satu obsesi, ingin jadi pengamen. Alasannya sederhana, pengamen punya banyak uang, seperti yang sering dilihatnya di atas angkot.

Kemarin, ketika Hilmi ikut dengan Abi & Ummi pada acara Halal bi Halal di Klub Pesona Kayangan, Margonda, ia punya obsesi baru. “Mau atur-atur mobil”,ujarnya ketika ditanya tentang alasannya dengan obsesi barunya itu. Saat keluar dari pintu gerbang Pesona Kayangan, Hilmi melihat ‘aksi’ seorang tukang parkir. Beberapa lama setelah mengamati tukang parkir tersebut, ia pun menirukan ‘gaya’ Si tukang parkir. Tangannya digerak-gerakkan layaknya sedang mengarahkan kendaraan yang mau parkir. Semua gerakan tangan Si tukang parkir ditirunya karena ia anggap sebagai bagian dari aksi seorang tukang parkir. Bahkan ketika tukang parkir tersebut menggaruk-garuk hidungnya karena gatal, Hilmi pun melakukan hal yang sama, hehehe...

Beberapa pekan sebelumnya, Hilmi juga pernah terkagum-kagum akan profesi sopir angkot, Hilmi sempat meniru-niru gayanya. Ia berteriak-teriak dari atas angkot “Pal..Pal…Pal..Pal…” Kemarin, ia kembali menirukan gaya sopir angkot yang kami tumpangi. Ketika Sang sopir berteriak-teriak mengajak orang naik ke angkotnya, secara spontan ia ikut teriak. Kali ini sambil menggerak-gerakkan tangannya. “Pal..Pal…Pal..Pal…”, teriaknya yang mengundang tawa penumpang lainnya yang ada di angkot tersebut.

Keinginan Hilmi untuk menjadi pengamen dan sopir angkot dikarenakan melihat mereka bisa mendapatkan uang dari hasil kerja mereka. Dalam benak Hilmi, dengan menjadi pengamen atau sopir angkot, seseorang bisa punya uang. Bahkan dengan jadi pengamen, anak kecil pun sudah bisa dapat uang. Tapi dengan ‘profesi’ tukang parkir, Hilmi tidak melihat dengan sisi keuntungan financialnya. Ia punya pandangan lain. Ia mengamati ‘kepatuhan’ semua pemilik kendaraan kepada Si tukang parkir saat mengarahkan kendaraan mereka. Sebagai pengagum semua jenis kendaraan, tak heran jika Hilmi ingin menjadi orang yang bisa mengatur lalu-lalang kendaraan-kendaraan itu.

Obsesi-obsesi sederhana Hilmi itu tidaklah mengkhawatirkan Abi & Ummi. Biarlah Hilmi mengeksplorasi dirinya dengan apa yang diamatinya. Seiring berjalannya waktu, kelak ia dapat menentukan cita-cita yang sesungguhnya tepat bagi dirinya.

Depok, 20 Sept 2010

[+/-] Selengkapnya...

Tuesday, May 11, 2010

Laa Taghdob

LombaBlogDepok

Kemarin pagi, Ummi marah-marah pada Nadya dan Hilmi. Mendengar umminya marah-marah, Nadya 'mendendangkan' sebuah kalimat secara berulang-ulang. Rupanya, yang diucapkannya itu adalah bunyi sebuah hadits Rasulullah s.a.w. Kebetulan hadits itu baru saja diajarkan di sekolahnya, di PAUD Syakura Kids, kemarin.

"Walafdof walakal jannah, jangan marah, hatimu surga
", begitu kalimat yang dilantunkan Nadya. Lafalnya sesuai yang dia tangkap dari gurunya. Padahal redaksi dari gurunya sebenarnya adalah sebagai berikut: "Laa taghdob walakal jannah. Jangan marah, bagimu (maka kamu akan masuk) surga."

Saat dikonfirmasi, Nadya mengakui bahwa gurunya mengatakan bahwa itu namanya hadits. "Bu Murni bilang, kalau ada temannya suka marah-marah, suka tendang-tendang, suka pukul-pukul orang, bacakan hadis itu", terang Nadya.

Sebenarnya itu bukan hadits pertama yang Nadya dapatkan. Ummi pernah mengajari Nadya dan Hilmi hadits lain, tentang perlunya diam daripada berbicara jelek.

Terhadap kedua hadits tadi, Nadya (dan juga Hilmi dengan hadits kedua tadi) tahu penggunaannya.

Depok, 11 Mei 2010

[+/-] Selengkapnya...

Monday, May 3, 2010

Sakit

Siapa yang bisa menolak takdir Allah? Bagaimanapun upaya manusia untuk mencegah datangnya suatu musibah, jika Allah telah menghendaki, maka musibah itu pasti akan terjadi jua.

Anak-anak di lingkungan tempat kami bermukim sekarang banyak yang terbaring sakit. Umumnya, mereka dijangkiti penyakit demam berdarah dan influenza (flu). Terjangkitnya anak-anak oleh penyakit tersebut begitu mudahnya, sehingga kurang istirahat sedikit saja, mereka bisa kena. Karena itu, Nadya dan Hilmi diupayakan betul agar tidak ikut jatuh sakit. Namun, apa daya, Allah berkehendak lain. Nadya dan Hilmi ditakdirkan sakit.

Pekan lalu, rabu malam Hilmi mulai nampak lesu. Badannya panas. Dia tidak punya nafsu makan. Hanya susu dan sedikit air putih yang bisa masuk ke perutnya. Kami memberinya ‘tempra’ (kemudian diganti dengan ‘sanmol’)dan koyo untuk menurunkan panasnya. Hal ini berlangsung selama 3 hari. Kadang-kadang Hilmi muntah jika dipaksakan minum obat atau disuapi makanan.

Hari berikutnya, kami membawa Hilmi ke puskesmas. Karena di kelurahan Pondok Cina (pocin) tidak ada puskesmas, maka kami bawa ke puskesmas Pancoran Mas (panmas), masih di Depok juga. Dokter menyarankan agar darah Hilmi diperiksa. Dugaan dr.Devi, yang memeriksanya, Hilmi terkena gejala typus atau demam berdarah. Hasil pemeriksaan darah menguatkan dugaan tersebut. Trombosit darah Hilmi rendah, hanya 154.000 mm3. Normalnya berkisar antara 150.000 – 300.000 mm3. Leukositnya lebih rendah lagi, hanya 4.400 mm3, padahal normalnya 5.000 – 10.000 mm3.

Berbekal 3 bungkus obat tablet dan 1 botol obat sirup plus sebotol sari kurma ‘Ruthab’, Hilmi kami rawat di rumah. Saat diambil darahnya lewat jari (untuk kepentingan pemeriksaan darah), Hilmi tidak menolak dan mengaku tidak merasakan sakit. Sayangnya, untuk urusan minum obat, kami harus berjibaku. Hilmi berontak kalau mau diberi obat.

Sejak Hilmi sakit, kami makin hati-hati menjaga Nadya. Alangkah terkejutnya, sehari setelah Hilmi dibawa ke puskesmas, Nadya bangun pagi dalam keadaan demam. Yah, Nadya pun jatuh sakit. Selain demam, dia juga batuk-batuk. Dugaan kami, ini disebabkan saat menunggu kami membawa Hilmi ke puskesmas, sepulang sekolah Nadya ikut ke rumah temannya, tetangga kami juga. Di sana, Nadya ikut-ikutan temannya minum es dalam bungkusan plastik.

Sepekan terbaring sakit, Hilmi pun akhirnya sembuh. Alhamdulillaah…kami bahagia tiada tara. Sakitnya tidak separah anak-anak lainnya. Nadya pun sembuh dari demamnya setelah istirahat selama 3 hari dan minum obat penurun panas, obat batuk, dan madu dari ‘nature herb’. Sesekali Nadya masih batuk, tapi kemarin dia sudah mulai main lagi. Bahkan, selepas sakit, Nadya langsung potong rambut.

[+/-] Selengkapnya...

Monday, April 19, 2010

Semangat Ngaji

Siang itu, Ummi sedang mengikuti kajian Islam rutin, tiap senin siang hingga sore. Sebagaimana biasanya, Nadya & Hilmi disuruh istirahat sebelum berangkat ke mushollah untuk mengaji. Mereka memang perlu istirahat dan menjaga kondisi tubuh. Anak-anak tetangga sudah banyak yang sakit karena fisik yang lemah. Apalagi cuaca sering berubah secara drastis dan tiba-tiba. Jadi, karena Nadya pulang sekolah jam 11 siang, dan akan mengaji jam 15.00 sore, maka mereka harus istirahat sejenak setelah makan siang dan main seperlunya.

Nadya baru bisa memejamkan mata sekitar pkl.14.00, sementara Hilmi sudah lebih dulu terbuai dengan mimpi-mimpinya. Pkl. 14.45, Abi mencoba membangunkan Nadya agar segera bersiap-siap ke mushollah. Nadya hanya membalik badannya dan terlelap kembali. Dia terbangun 1 jam kemudian.

Setelah mandi, Nadya mengambil buku gambarnya, kemudian mewarnainya sambil menunggu Hilmi bangun. Ia lupa dengan rencananya untuk mengaji sore itu. Ia terus asyik dengan bukunya.

Beberapa saat kemudian, tiba-tiba ia ingat bahwa ia harus mengaji. Ia beranjak dari tempat duduknya menuju ke kamar tidur untuk melihat jam dinding. “Sudah jam 4 Abi. Aku mau ngaji…aku mau ngaji…”. Sambil nangis, ia memaksa Abi untuk mengganti pakaiannya. Abi mencoba meyakinkan bahwa waktu ngaji sudah selesai. “Ibu guru dan teman-teman Nadya sudah pulnag, Nak. Besok saja baru kita ngaji lagi, ya?”,bujuk Abi. Nadya tidak mau mengerti. Ia terus memaksa. Akhirnya, Nadya berangkat ke mushollah yang jaraknya sekitar 300 m dari rumah kost kami. Sendirian.

Sementara itu, Abi menunggu Hilmi yang masih tidur. Tak lama kemudian, Hilmi bangun dan langsung mandi. Ia tidak ngotot untuk berangkat ngaji setelah diberitahu bahwa waktu ngaji di mushollah sudah selesai. Ia hanya mencari kakaknya, Nadya.

Abi baru selesai membantu Hilmi mandi ketika terdengar sayup-sayup suara tangis Nadya. Abi segera menjemput Nadya di teras. Tak lama kemudian, Nadya tiba. Abi langsung menggendongnya. Dari isak tangisnya, sepertinya Nadya menangis sudah cukup lama. Setelah ditanya, rupanya ia menangis sejak di depan mushollah. Masya Allah…

Betapa sedihnya ia. Berangkat dari rumah, sebenarnya ia sudah tahu bahwa guru dan teman-temannya sudah pulang. Tapi ia masih menyimpan asa. Ternyata, ketika sampai di mushollah, ia menemukan pintu mushollah dalam keadaan sudah tertutup. Hatinya sakit sekali melihat kenyataan itu. Ia menangis sejadi-jadinya, sendirian, di depan mushollah, kemudian berlari pulang ke rumah dengan penuh kekecewaan. Rupanya, dalam perjalanan pulang, ia dapat musibah lagi. Kakinya tersandung benang anak-anak yang sedang main layangan di jalan. Ia jatuh. Tangisnya makin keras. Tangis itulah yang kedengaran sampai ke kamar kost kami.

Begitulah penuturan Nadya pada Abi yang membuat hati Abi mengharu-biru. Bisa dibayangkan, seorang anak usia 4 tahun mengalami kesedihan luar biasa seperti itu. Yang membuat Abi makin terharu adalah penyebab kesedihan itu. Bukan karena tidak dibelikan mainan. Bukan juga karena es krim yang menggiurkan. Bukan juga karena ditinggalkan teman mainnya. Nadya hanya mau ngaji di mushollah tanpa ingin ketinggalan barang sehari pun. Karena tidak ingin ketinggalan ngaji itulah, kadang-kadang ia tidak ingin memejamkan mata barang sejenak pun ketika disuruh tidur siang karena takut telat bangun.

[+/-] Selengkapnya...

Wednesday, April 7, 2010

Prestasi Pertama Nadya

Kemarin, Nadya berhasil mengukir prestasi pada ajang lomba antar PAUD se kota Depok. Lomba yang berlangsung di Taman Seni Ancol tersebut juga diikuti oleh PAUD Syakura Kids, tempat Nadya sekolah saat ini. Nadya dan beberapa orang temannya tampil dalam lomba tari kreasi. Lomba ini rutin diadakan oleh pemkot Depok, namun baru tahun ini PAUD Syakura Kids ikut serta. Alhamdulillah, mereka berhasil meraih juara ke-3.

PAUD Syakura Kids adalah sekolah baru. Mereka baru menerima siswa tahun ini. Maka Lomba kreasi seni antar PAUD se Kota Depok tahun 2010 ini adalah yang pertama mereka ikuti. Beberapa macam lomba diikuti oleh siswa-siswinya. Lomba tari kreasi guru, lomba mewarnai, lomba menyanyi, dan lain-lain.

Nadya diikutkan dalam Lomba Tari Kreasi Guru bersama 9 orang temannya. Latihan rutin mereka jalani. Dari 50 PAUD yang mengikuti lomba ini, Nadya dan teman-temannya berhasil meraih peringkat ke-3. Sangat membanggakan.

Ada cerita menarik lainnya tentang lomba ini seperti dituturkan oleh Ummu Nadya. "Saat bus tiba di Ancol, peserta lomba tari dari Syakura Kids berganti kostum, sebelum beranjak ke arena lomba. Mereka juga didandani. Ketika mau didandani, Nadya menolak. Segala macam kosmetik yang dipakaikan pada teman-temannya, tidak mau ia pakai. Pemerah pipi, kosmetik untuk mata, dan lipstik ditolaknya semua. Para guru sudah membujuk, ia tidak mau. Ibu-ibu siswi yang lain juga membujuk, ia tetap menolak. Sampai mau naik ke atas panggung, Nadya masih berusaha dibujuk, tapi ia bersikeras tidak mau pakai kosmetik. Ia hanya mau dipakaikan sedikit bedak, tipis. Semua orang bilang, mungkin karena ia tidak pernah melihat umminya pakai yang begituan, hehehe..."

[+/-] Selengkapnya...

Monday, March 29, 2010

Nadya Berwatak Keras?

Nadya, putri sulung kami,ternyata punya watak keras kepala (ngotot terhadap kemauannya). Kalau tidak sejalan dengan ummi atau abi, dia bersikeras untuk dituruti, apapun resikonya. Bahkan, Nadya rela dicubit sebagai konsekuensi dari sikap ngototnya itu.

Pada umumnya, ketika bangun pagi, hal pertama yang kita lakukan adalah ke kamar mandi untuk cuci muka (atau sekalian mandi), gosok gigi, dan buang air kecil. Yang terakhir ini biasanya malah menjadi 'kegiatan' pertama di kamar mandi ketika bangun pagi. Oleh Ummi atau Abi, Nadya dan Hilmi selalu diboyong ke kamar mandi untuk hal tersebut setiap pagi.
Kadang-kadang Nadya menurut saja, kadang-kadang juga pakai syarat (asal digendong, misalnya), tetapi sering juga tidak mau karena masih malas-malasan atau karena langsung ingin main. Khawatir Nadya menahan kencingnya, Abi/Ummi akan memaksa Nadya ke kamar mandi kalau alasannya karena mau main dulu. Kalau sudah begitu, Nadya akan ngotot dan berontak kalau digendong ke kamar mandi, apalagi kalau hanya sekedar disuruh ke kamar mandi sendiri (tanpa digendong).

Lain saat, Ummi menyiapkan sarapan buat Nadya sebelum berangkat ke sekolah. Nadya mau makan asal disuap. "Oke, tidak apa-apa", Ummi menyanggupi. Tapi seringkali Nadya ogah-ogahan makannya. Makanan yang di dalam mulutnya didiamkan saja, tidak dikunyah. kalau diberitahu bahwa Nadya bisa terlambat ke sekolah, biasanya tidak mempan. Diberitahu bahwa makanan yang tidak dikunyah di dalam mulut makin lama makin tidak enak rasanya, Nadya kadang merespon cukup baik, tapi kadang juga tidak bergeming. Bahkan diancam macam-macam pun Nadya tetap tidak mengunyah makanannya.

Apakah ini adalah sinyal bahwa Nadya punya watak keras? Entahlah, semoga tidak demikian adanya. Yang jelas, potensi itu sudah kelihatan. Ini harus segera disikapi dengan serius.

[+/-] Selengkapnya...

Lagi, Hilmi Buat Kejutan Ringan

Makin sering saja Hilmi membuat 'kejutan' ringan. Paling tidak, ada 2 point yang akan diungkapkan di sini. Hilmi pernah mengungkapkan kalimat berikut: "makasih ya...sudah dipinjamkan HPnya." Dia juga pernah meminta tolong pada Abi dengan cara yang simpatik.

Suatu malam, Hilmi ingin memain-mainkan HP Abi. Katanya mau memakai camera HP tersebut. "Mauka foto-foto Abi", alasannya meminjam. Setelah sekian lama menggunakan HP Abi, dia menyodorkan HP tersebut seraya berujar " makasih ya...sudah dipinjamkan HPnya."

Malam lainnya, kami sibuk denga kegiatan masing-masing di kamar kost kami. Nadya dan Hilmi sedang sibuk dengan mainannya sendiri-sendiri. Abi sedang mengerjakan tugas perkuliahan. Ummi sedang menyiapkan tempat tidur Nadya dan Hilmi. Sebuah kasur terbentang menutupi pintu yang menghubungkan kamar tidur dan dapur. Hilmi sudah bersiap ingin tidur. Dia mau mengembalikan mainannya di dalam kardus dekat dapur.

Ketika mau lewat, ada kasur yang menghalangi. Melihat Abi berada di dekat kardus mainannya, Hilmi memanggil Abi sambil menyodorkan mainan yang mau disimpannya. "Abi, tabe' simpankan mainanku."

*) tabe'=permisi (bahasa Makassar)

[+/-] Selengkapnya...

Wednesday, March 10, 2010

Hilmi Mulai Kritis

Kalau aku berdo’a
Kuangkat tanganku
Dengan suara lembut
Tidak berteriak
Berdo’a sungguh-sungguh agar dikabulkan
Segala permohonan
hamba yang beriman


Itulah penggalan lagu yang diajarkan di tempat ngaji Hilmi, Nadya, dan teman-teman mereka. Suatu sore, selepas ngaji, Hilmi bertanya pada ummi. “Koq berdo’anya teriak-teriak, Ummi? Katanya berdo’a harus dengan suara lembut.”

Pada saat yang lain, kami baru saja pulang dari bepergian. Saat itu langit malan sedang cerah. Bintang-bintang tampak menghiasi langit. Hilmi yang jalan beriringan dengan ummi lagi-lagi bertanya sambil menunjuk ke arah langit. “Itu yang menyala namanya apa, Mi?” tanyanya. “Itu namanya bintang”,jawab ummi singkat. ”Seperti lampunya langit di’?

Lain waktu, kami makan siang bersama di rumah. Kebetulan beras yang dimasak ummi kualitasnya rendah. Ketika Hilmi mulai makan, dia berkomentar: “Kenapa nasinya lembek, Ummi? Ummi ndak tau masak, ya?

Demikian halnya ketika - seperti biasanya - Hilmi menunggu Nadya yang sedang belajar di PAUD Syakura Kids. Hilmi & Ummi menemani dan menunggu Nadya hingga selesai belajar. Berhubung akan ada pagelaran/lomba antar siswa PAUD se Depok, Nadya & teman-teman diikutkan lomba menari. Tiap senin, selepas belajar, Nadya & teman-teman diberi porsi latihan oleh ibu guru. Suatu hari, Hilmi ikut menyaksikan latihan itu. Melihat Nadya yang tidak serlalu semangat gerakan tarinya, Hilmi berkomentar, "Loyo kakak".

[+/-] Selengkapnya...

Tuesday, February 23, 2010

Nanti Allah yang Sembuhkan

Orangtua seringkali dibuat 'surprise' oleh anak-anaknya, terutama saat mereka masih dalam usia emasnya (usia di bawah 5 tahun). Surprise itu bisa timbul dari ucapan mereka atau dari perilaku mereka. Kemarin, Hilmi kembali mengejutkan umminya.

Setelah mengantar kakaknya ke sekolah, Hilmi dan Ummi pulang ke rumah. Di perjalanan, Hilmi terjatuh. Kakinya terkilir. Baju dan celananya kotor karena debu.

Setibanya di rumah, Ummi membawa Hilmi ke kamar mandi untuk mencuci kakinya serta membersihkan debu yang melekat di sekitar bagian yang terkilir. Hilmi meringis karena kakinya terasa perih kena air.

Ummi lalu menawarkan Hilmi untuk mengoleskan minyak gosok pada kaki yang terkilir tersebut, tapi Hilmi menolak dengan tegas. "Tidak usah, Ummi",serunya menolak. Ummi terus mengulang-ulang tawarannya pada Hilmi. "Biar cepat sembuh,Nak. Kasi minyak gosok ya? Sedikit saja", bujuk Ummi. Tiap kali Ummi menawarkan, Hilmi selalu menolak hingga keluar seuntai 'mutiara' dari ucapannya (meskipun itu adalah bagian dari 'usahanya' untuk menolak diberi minyak gosok). "Biarkan saja lukanya, Ummi. Tidak usah dikasi minyak gosok. nanti Allah yang sembuhkan". Subhaanallaah....

[+/-] Selengkapnya...

Monday, February 15, 2010

Lagu-lagu

Sudah banyak lagu baru yang dipelajari oleh Nadya & Hilmi di tempat ngaji dan di sekolah Nadya (PAUD Syakura). Semuanya lagu yang bermuatan pendidikan sekaligus hiburan. Ada lagu tentang 'cara berdoa', lagu tentang 'sholat 5 waktu', lagu 'sampai jumpa', dan lain-lain. Iramanya macam-macam. Di antaranya, ada yang diadopsi dari lagu betawi.

Lagu-1: sampai jumpa  ngaji
Ilal-liqo’ (2x)
Sampai berjumpa lagi

Kita bertemu karena Allah
Kita berpisah karena Allah
Kita bertemu karena Allah
Kita berpisah karena Allah

Ilal-liqo’ (2x)
Sampai berjumpa lagi, insya Allah
Buat apa susah (2x)
Susah itu tak ada gunanya
Buat apa susah (2x)
Ngaji itu banyak pahalanya

Lagu-2: betawi  ngaji
Ketika aku masih kecil
Kutak tahu apa itu al-qur’an
Kubuka-bu..ka (2x)
Tak tahunya, eh,eh…
Asyik juga
Sekarang aku sudah besar
Kutahu apa itu al-qur’an
Kubaca-ba..ca (2x)
Tak tahunya, eh,eh…
Asyik juga

Lagu-3: sholat wajib  ngaji
Tak lupa tugasku setiap hari
Sembahyang wajibku yang lima kali
Subuh, dhuhur, ashar…
Maghrib & isya…
Tak mungkin aku lupa
Selama-lamanya

Lagu-4: berdo’a  ngaji
Kalau aku berdo’a
Kuangkat tanganku
Dengan suara lembut
Tidak berteriak
Berdo’a sungguh-sungguh agar dikabulkan
Segala permohonan
hamba yang beriman

Lagu-5: suara mobil  PAUD Syakura-Kids
Din…din…din…
Suara mobilku
Dot..dot..dot…
Suara mobilmu
Din-din-dot-dot…(2x)
Suara semua

[+/-] Selengkapnya...

Tuesday, February 2, 2010

Seputar Fungsi Anatomi Tubuh

Nadya sudah sering bertanya tentang anatomi tubuh. Dia pernah menanyakan nama dari beberapa bagian tubuhnya. Pusar, jidat, tete' (buah dada), hingga bagian tubuh tempat keluarnya air seni dan tinja. Pertanyaan seputar nama-nama bagian tubuh itu diajukannya sejak berusia tiga tahun. Akhir-akhir ini, Nadya mulai menanyakan hal-hal yang lebih spesifik lagi. Dia menanyakan fungsi dari beberapa bagian tubuhnya.

Suatu malam, Nadya mengulang pelajaran ngajinya di rumah. Dia sudah tiba pada huruf ‘tsa’, huruf keempat dari huruf hijaiyah. Pengucapannya yang benar diajarkan oleh Ummi padanya. “coba sebut ‘sa’, tapi sambil menggigit lidah”, ajak Ummi mengarahkan. Akhirnya Nadya bisa. Setelah lelah belajar, Nadya tidur-tiduran di kasur sambil mengulang-ulang menyebut huruf ‘tsa’ tadi. Tiba-tiba Nadya bertanya pada Abi yang juga mengikuti proses belajarnya sejak tadi. “Abi..Abi…Kenapa di dalam mulut ada lidah?
***

Suatu hari, setelah mandi, Nadya melihat Hilmi memegang-megang pusarnya. Tiba-tiba terlintas pertanyaan di kepalanya. Dia pun bertanya pada Ummi. “Ummi, kenapa di perut ada pusar?
***

Pada suatu sore, Nadya dan Hilmi mandi secara bergantian dengan dibantu oleh Abi. Setelah mandi, mereka mengeringkan badan di kamar dengan berbalut handuk masing-masing. Seperti biasa, Nadya lebih dulu dibantu mengenakan pakaian, kemudian Hilmi. Saat pakai baju, Hilmi memain-mainkan buah dadanya (baca: tete’). Nadya memperhatikannya. Tiba-tiba Nadya bertanya pada Abi. “Abi, kenapa semua orang punya tete’?”. Abi tidak bisa menjawab. Malam harinya, pertanyaan itu diulanginya lagi pada Ummi. “Semua ibu-ibu punya tete’ supaya bisa menyusui anak bayinya”, jelas Ummi. “Tapi kenapa laki-laki juga punya tete’?


[+/-] Selengkapnya...

Tuesday, January 26, 2010

Buah “De-empat”

Yuk, kita main tebak-tebakan”, ajak Ummi pada Nadya & Hilmi pada suatu malam. Nadya & Hilmi langsung saja mengiyakan, meskipun belum tahu bentuknya seperti apa permainan yang asing itu. “Nama-nama hewan dulu, baru nanti nama-nama buah”, lanjut Ummi sambil memberi petunjuk. “Hewan apa yang huruf pertamanya (adalah) huruf ‘a’?” Ummi menanti jawaban, tapi keduanya belum paham. “Kalau Ummi jawabannya ‘ayam’. Kalau Nadya sama Hilmi apa?”, Ummi memancing keduanya dengan satu jawaban. Belum ada reaksi. Hilmi hanya memain-mainkan kepala di atas kasur. “hmm…apa di’…”, hanya itu yang keluar dari mulut Nadya. Akhirnya, Ummi melengkapi jawaban yang memungkinkan. “bisa angsa atau anjing. Sekarang kita lanjutkan”.

Apa nama hewan yang huruf pertamanya ‘b’? Kalau Ummi…bebek”, Ummi memancing lagi dengan satu jawaban. “Burung…”, jawab Nadya kemudian. Dia sudah paham dengan maksud soal. Hilmi belum bisa menjawab. Ummi selalu membantu membisiki Hilmi dengan satu jawaban lain.

Sesi tebak-tebakan berikutnya adalah nama-nama buah. Mulai dari huruf ‘a’ juga. Hilmi masih selalu dibantu oleh Ummi. Nadya juga kadang-kadang dibantu jika kesulitan menemukan jawaban yang tepat. “Sekarang buah yang huruf pertamanya ‘d’. ummi jawab durian”, seru Ummi sambil menanti jawaban dari peserta yang lain. Nadya berpikir agak lama. Hilmi belum nyambung dan masih meminta ‘bocoran’ dari Ummi. Seperti sebelumnya, Ummi membisikkan satu jawaban pada Hilmi dengan suara keras, sehingga terdengar pula oleh Nadya. “Hilmi jawab delima”, bisik Ummi. Sebelum Hilmi menjawab, Nadya mendahuluinya dengan jawaban yang diinspirasi dari bisikan Ummi tadi. “de-empat (d4)”, seru Nadya yakin dengan jawabannya. Sontak Ummi tertawa mendengarnya, sementara Nadya hanya senyam-senyum kebingungan karena tidak pahan kenapa jawabannya ditertawakan.


[+/-] Selengkapnya...

Kutu Rambut

Kasian Nadya. Dia kutuan setelah sebulan lebih tinggal di Depok. Ummi menemukan beberapa ekor kutu di kepalanya, juga beberapa telur kutu. Ummi memeriksa kepala Nadya karena melihat Nadya sering garuk-garuk kepala saat bermain dan menjelang tidur.

Usut punya usut, ternyata kutu di kepala Nadya bersumber dari teman sepermainannya, Yulia. Menurut informasi dari ‘nenek’, tuan rumah tempat kami ngekost, Yulia yang berseblahan rumah dengannya itu sudah lama punya kutu, tepatnya sarang kutu di kepalanya.
Kemungkinan binatang menjijikkan sekaligus merepotkan itu pindah dari kepala Yulia ke kepala Nadya saat sering main bersama. Maklum, mereka sering sekali berdekatan kepala saat main boneka bersama, atau main tidur-tiduran.

Ummi mencoba menelusuri helai demi helai rambut Nadya. Ummi berharap bisa menemukan semua kutu yang ada di kepala Nadya. Hasilnya tidak memuaskan. Nadya tetap garuk-garuk kepala malam harinya, padahal Ummi sudah merasa tidak melewatkan satu helaipun rambut Nadya. Akhirnya, kami memutuskan untuk membasmi kutu Nadya dengan peditoks. Obat ini diyakini banyak orang mampu memberantas kutu sekalian dengan telur-telurnya.

Esoknya, Ummi membeli peditoks di ITC Depok. Harganya sangat murah, Rp 1.000,- per botol kecil, cukup untuk membasmi kutu 10 orang. Malam harinya, peditoks dilumurkan pada kepala Nadya, lalu dibungkus kain. Alhamdulillah, hasilnya langsung kelihatan. Setelah diperiksa, kutu dan telurnya sama sekali sudah hilang dari kepala Nadya.
Masalah belum selesai. Sumbernya belum dibasmi. Yah, kepala Yulia, teman Nadya. Sampai tulisan ini dibuat, kami belum menemukan cara yang tepat untuk memberi Yulia peditoks. Kami khawatir, ibunya tersinggung.

[+/-] Selengkapnya...

Friday, January 22, 2010

Tiga Tahun Calon Mujahidku

by: Abi

Hilmi, anakku...
Tiga tahun usiamu kini
dengan tiga huruf hijaiyah yang dapat kau baca
kuharap jadi modalmu untuk jadi seorang hafidz


Hilmi, anakku...
Tiga tahun sudah kau warnai dunia
dengan sifatmu yang agak penakut
kuharap jadi modalmu untuk jadi seorang mujahid

Hilmi, anakku...
Tiga tahun genap usiamu
dengan sikap manjamu pada ummimu
kuharap jadi modalmu untuk menemukan surga
di bawah telapak kakinya
tetaplah rebahkan kepalamu di pelukannya

[+/-] Selengkapnya...

Tuesday, January 19, 2010

Cerita untuk Anak

Ini bukan judul sebuah tayangan televisi pada era tahun 1980-an yang sangat digemari anak-anak itu. Ini hanya sebuah model komunikasi antara Abi dengan kedua buah hatinya; Nadya & Hilmi.

Mulanya, Nadya meminta Abi membacakan cerita dalam majalah anak-anak miliknya. Saat membacakan cerita dalam majalah itu, Abi melakukan improvisasi. Ada cerita lain yang serupa yang dituturkan Abi pada Nadya yang juga turut didengarkan oleh Hilmi. Karena merasa terkesan, Nadya & Hilmi kembali meminta Abi untuk bercerita sebelum mereka tidur. Sejak saat itu, Abi jadi sering mengantar tidur Nadya & Hilmi dengan cerita atau dongeng, meskipun tidak setiap malam. Ini berlangsung sejak awal tahun 2010.

Bentuk cerita Abi macam-macam. Kadang-kadang mengangkat penggalan kisah para nabi (Musa, Yusuf, Ibrahim, Muhammad, dll). Kadang pula kisah menarik dibalik peristiwa bersejarah seperti sikap itsar (mendahulukan orang lain dalam kebaikan) dari 3 orang sahabat Rasulullah saw yang terluka dalam sebuah peperangan, atau kisah tentang 3 orang sholeh (yang disetting menjadi 3 anak sholeh) yang terjebak dalam gua lalu bertawassul. Abi juga kadang menceritakan beberapa dongeng yang sifatnya mendidik.

Kisah mana yang Abi angkat ketika akan bercerita umumnya dipilih secara acak, kecuali kalau ada kondisi lain. Misalnya, ketika suatu hari Abi kaget karena Nadya & Hilmi mulai berbohong. Maka pada malam harinya, Abi memilih topik tentang “bahaya dusta & perlunya kejujuran”. Waktu itu, salah satu dongeng yang Abi angkat adalah cerita tentang seseorang yang dimangsa oleh harimau akibat dusta yang dilakukannya 2 hari sebelumnya.

Bagaimana respon Nadya & Hilmi atas cerita Abi? Hilmi tidak terlalu menampakkan keseriusannya dalam mendengarkan cerita Abi, tapi tetap memperhatikan sambil membolak-balikkan badannya, kadang menghadap ke Abi, kadang pula membelakanginya. Berbeda dengan Hilmi, Nadya selalu serius mendengarkan Abi bercerita dengan posisi badan selalu menghadap Abi sambil menatap Abi serius. Isi ceritanya pun disimak dengan baik. Secara umum, mereka tertarik. Mereka selalu minta Abi menceritakan kisah yang lain lagi ketika selesai dengan sebuah kisah.

Suatu hari, cerita Abi agak seram. Abi bercerita tentang siksaan di neraka bagi orang yang suka berbohong, “lidahnya dipotong-potong”, kata Abi bercerita. Ditambah lagi kisah seorang anak yang akhirnya dimangsa oleh harimau gara-gara mendustai penduduk suatu kampung. Nadya & Hilmi nampak ketakutan. Hilmi berusaha menghentikan cerita Abi dengan mengatakan,”sudah jam 9, bobo Yuk!!!” Nadya tetap setia mendengarkan, tapi setelah itu dia menangis tanpa alasan yang jelas. Melihat hal itu, Abi mencoba menjernihkan suasana. Abi mengajak mereka berdo’a untuk meminta tolong pada Allah agar jadi anak yang tidak suka berbohong dan dijaga dari binatang buas. Mereka pun akhirnya bisa tidur dengan nyenyak.




[+/-] Selengkapnya...

Insya Allah (2)

Jangan Anda kira hanya orang baligh yang bisa terkabulkan do'anya. Anak-anak pun tidak menutup kemungkinan untuk diijabah do'anya oleh Allah SWT. Ini dialami oleh Nadya dan Hilmi.

Suatu hari ketika ikut Ummi belanja di Alfamart, Nadya & Hilmi keliling-keliling berdua di seputar rak berisi makanan dan minuman. Ketika melihat barisan susu botol kemasan kecil mereka menyapa barisan susu itu seraya berujar,”insya Allah ya, insya Allah ya…”. Seakan-akan mereka ingin mengatakan kepada barisan susu itu, “tunggu saya ya… kalau memang rezeki, nanti saya akan beli kamu.

Esoknya, Ummi ketemu temannya di Detos, amah Andini. Saat bertemu, Andini menitip bingkisan untuk Nadya & Hilmi. Alangkah terkejutnya Ummi ketika melihat isi kantongan yang memuat beberapa botol susu seperti yang ‘disapa’ Nadya & Hilmi di Alfamart kemarin. Ternyata do’a mereka terkabul, pikir Ummi.


[+/-] Selengkapnya...

Friday, January 15, 2010

Kita, Bukan Orangtua Malaikat

Ayah, Ibu…
Setiap anak yang diturunkan ke dunia
lahir dalam keadaan fitrah, bukan?
kullu mauluudin yuladu ‘alal fitrah, faabawahu

Karena anak lahir dengan fitrah,
bukankah berarti tak satupun anak ketika lahir
berniat menghancurkan masa depannya?
Tak ada satupun bayi ketika lahir berniat di kepalanya
ah, jika besar nanti aku akan hobi tawuran atau kebut-kebutan
atau pernahkah ia berkata
jika besar nanti aku akan mencuri uang orangtua” “ah jika besar nanti aku mau membangkang pada ibu dan ayah
Adakah anak yang berniat begitu, Ayah?

Tetapi, mengapa sebagian anak-anak ini
yang lahir cantik, rupawan, lucu dan menggemaskan
setelah ia beranjak remaja dan dewasa justru menjadi beban keluarga
dan menjadi masalah untuk lingkungannya?
Ada apa ini…?

Ayah, Ibu…
Sebagian perilaku negatif anak, orangtualah penyebabnya.
Periksalah, ternyata sebagian anak
justru dijatuhkan harga dirinya di rumah, bukan di luar rumah

Sebagian kita mungkin pernah memukul tubuhnya,
seolah tubuh anak adalah barang pelampiasan amarah kita.
Sebagian kita mungkin pernah menampar pipinya,
seolah ia tempat empuk bagi telapak tangan kita.
Sebagian kita mungkin pernah membentaknya,
sambil berteriak dalam hati: akulah yang berkuasa!

Atau mungkin…kita tak pernah melakukan semua itu? Tapi tahukan Ayah, Ibu,
sebagian anak memang tak pernah dipukul, tak pernah dicubit, tak pernah dibentak,
tapi jarang sekali anak yang lolos untuk tidak disalahkan orangtua.
Mulai dari buka mata di pagi hari sampai kembali menutup mata di sore hari

Ayah, Ibu…
Karena sebagian anak jatuh harga dirinya di rumah, tanpa kita sadari,
ada sebagian anak yang tak betah berada di samping orangtua.
Panas hatinya jika mendengar ‘ceramah-ceramah’ otangtuanya dan overdosis nasihat yang ia terima.
Padahal judulnya: agar mereka masuk surga!

Karena sebagian anak dijatuhkan harga dirinya di rumah,
akhirnya mereka tak betah berada di rumah.
Rumah baginya hanyalah tempat tidur sementara,
ia lalu mencari harga diri, berkelana mencari surge,
mencari orang-orang yang akan menghargai dirinya

Wahh…ternyata teman-teman ganknya bisa menghargainya
Lalu dalam hati ia berkata:
Hmm…ternyata aku dihargai jika aku pamer perkasa
Aku ternyata perkasa jika menghisap ganja,
aku gembira jika bisa menyusahkan siapa saja…
Lalu kita pun bersumpah serapah
lingkungan rusak! Mereka merenggut anak-anakku!

Apakah itu yang kita inginkan, Ayah, Ibu?
Jika tidak, hormatilah jiwa anak-anak kita
Bukan sekedar uang,jajanan,mainan dan sekolah mahal semata
Itu semua penting
Tapi perkataan dan perlakuan penuh cinta dari Anda,
Adalah warisan terindah untuk masa depan mereka

By: Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari-Pendiri Sekolah Orangtua PSPA
(dikutip dari majalah Ummi)


[+/-] Selengkapnya...

Astaghfirullaah…, Mereka Mulai Berbohong

Alangkah sedih rasanya mengetahui buah hati kita berbohong. Sedih dan pilu. Betapa tidak. Bohong adalah salah satu sifat tercela. Bohong dapat menjadikan seseorang menjadi pengecut, tukang fitnah, khianat, dan munafik. Bukan hanya itu. Sebuah kebohongan biasanya akan melahirkan kebohongan-kebohongan baru lagi. Namun demikian, harus dipahami bahwa jika seorang anak sudah mulai berbohong, maka pasti ada penyebabnya, ada pemicunya. Itulah yang harus ditelusuri.

Tiga hari yang lalu, Nadya ketahuan berbohong. Begini ceritanya. Saat bermain di teras rumah pemilik kamar kost yang kami huni, Nadya diberi 4 biji jeruk manis oleh ‘nenek’, Si empunya rumah. Rupanya Nadya memasukkan keempat jeruk itu ke dalam tas mainannya. Dia tidak memberitahu siapa-siapa tentang keempat jeruk tersebut, tidak pada Abi, Ummi, ataupun Hilmi.

Malam harinya, seperti biasa kami berkumpul di kamar setelah makan malam. Iseng-iseng Abi membuka tas mainan Nadya. Melihat ‘ulah’ Abi, Nadya seperti ketakutan, kemudian bersembunyi di dapur. Abi lalu memanggil Nadya dan menanyakan perihal keempat jeruk tadi. Santai saja, tidak dengan nada marah. Tapi, Nadya tetap bersembunyi di dapur. Ketakutan. Ummi lalu memanggilnya dengan lebih lembut, lalu bertanya pada Nadya mengapa takut dan mengapa ada jeruk di dalam tasnya. Akhirnya, Nadya menjelaskan perihal jeruk tersebut.
Rupanya, jeruk itu hendak dimakannya sendiri tanpa sepengetahuan Abi dan Ummi. Nadya khawatir manakala meminta izin pada Abi atau Ummi untuk memakan jeruk itu, dia akan kena marah. Maka jeruk itu pun disembunyikannya di dalam tas untuk kemudian dimakan pada ‘saat yang tepat’.

Seperti tertular, Hilmi ikut-ikutan mulai bohong. Kejadiannya berlangsung kemarin saat dia main di halaman rumah kost kami. Beberapa saat setelah main, dia datang memperlihatkan kedua telapak tangannya yang kotor, minta dibersihkan. Abi bertanya, mengapa bisa kotor tangannya, dan Hilmi menjawabnya dengan berbohong. “Tadi mauka’ duduk, baru pegang tanah”, jelasnya. Setelah beberapa kali mendapat pertanyaan yang sama, barulah ia mengatakan yang sebenarnya bahwa ia jatuh saat berlari.
Hilmi berbohong karena takut bilamana ketahuan jatuh saat berlari, maka Abi akan memarahinya, seperti biasa. Dia tidak ingin Abi kembali menyalahkannya karena tidak hati-hati saat berlari.

Malam harinya, Nadya kembali berbohong. Kali ini tentang sebiji permen yang dimakannya. Permen yang diberikan oleh seorang tetangga diakuinya diperoleh di kursi yang ada di teras rumah kost kami. Astaghfirullaah….

Dengan kejadian-kejadian itu, Abi dan Ummi merasa perlu untuk mengurangi teguran pada mereka. Marah, lebih-lebih lagi, harus dihentikan. Teguran berlebihan dan marah itulah yang menjadi penyebab mereka terpaksa berbohong. Hal itu mereka lakukan untuk menjaga ‘harga diri’ mereka agar tidak selalu dimarahi atau disalahkan seakan-akan mereka tak mampu melakukan hal yang benar.

[+/-] Selengkapnya...

Saturday, January 2, 2010

Ice Cream Day

LombaBlogDepok

Mau bagaimana lagi? Dipahamkan tentang efek negatifnya, mereka tidak percaya. Diberi penjelasan tentang kondisi keuangan orangtua, mereka belum mengerti. Dialihkan dengan makanan lain, mereka tidak terpengaruh. Es krim yang lewat tiap hari di depan tempat kost kami sangat menggoda Nadya & Hilmi. Wajar jika mereka terus-terusan minta dibelikan.

Makanya, ketika untuk kesekian kalinya mereka minta lagi untuk dibelikan es krim, mereka tidak lagi menerima jawaban “insya Allah kalau abi ada tambahan rezki, ya…”. Akhirnya, es krim itu bisa mereka nikmati juga.

Tapi, seperti yang kami khawatirkan sebelumnya, mereka jadi ketagihan. Ketika penjual es krim lewat lagi di depan tempat kost kami, mereka minta dibelikan lagi. Dalih macam-macam tidak mereka terima lagi. Ummi mencoba memberikan pengertian bahwa mereka akan sering makan es krim, tapi hanya tiap hari minggu saja. Alhamdulillah, mereka bisa terima dengan senang hati. Jadilah hari minggu itu ditetapkan sebagai ‘ice-cream-day’. Tetapi kemudian berubah menjadi hari selasa karena agak sulit mendapatkan es krim pada hari minggu.

Ide ‘ice-cream-day’ itu ummi baca dari Majalah Ummi. Sejak penetapan ‘ice-cream-day’ itu, mereka jadi sering menanyakan tentang ‘hari’.
Nadya: sekarang hari apa,Ummi?
Ummi: hari rabu, Nak
Nadya: kalau besok, hari apa?
Ummi: Kamis
Nadya: Trus hari apa lagi, Mi’?

Demikian dialog yang sering terjadi antara Nadya & Ummi kalau Nadya sedang ingin makan es krim. Alhamdulillah, hingga kini Nadya & Hilmi masih konsisten dengan penetapan ‘ice-cream-day’. Kalau bukan hari selasa, mereka bisa menerima jika tidak dibelikan es krim.

Depok, 2 Jan 2010

[+/-] Selengkapnya...

4 Tahun Usiamu

by: Abi

Empat tahun sudah usiamu
tetap saja
tanpa pesta, tanpa perayaan

masih lugu,
kamu hanya minta kado sekedarnya
mainan tua di keranjang yang dibungkus pun kamu terima

masih lugu,
lampu dimatikan…lalu dinyalakan…
disambut ucapan ‘selamat’ abi dan ummi
bagimu seperti prosesi ‘tiup lilin’
gundukan nasi kuning di mangkuk kecil
kreasi insidentil ummi
kamu anggap sebagai ‘nasi tumpeng’

kebahagian terbesarmu nampak
saat…
sesendok nasi kuning kau tuang
pada piring ummi dan abi
senyummu merekah
tawamu meledak
engkau masih Nadya yang lugu nan sederhana
met ultah, anakku

Depok, 31 Des 2009

[+/-] Selengkapnya...

Keluarga NHA

Keluarga NHA