Tuesday, January 26, 2010

Buah “De-empat”

Yuk, kita main tebak-tebakan”, ajak Ummi pada Nadya & Hilmi pada suatu malam. Nadya & Hilmi langsung saja mengiyakan, meskipun belum tahu bentuknya seperti apa permainan yang asing itu. “Nama-nama hewan dulu, baru nanti nama-nama buah”, lanjut Ummi sambil memberi petunjuk. “Hewan apa yang huruf pertamanya (adalah) huruf ‘a’?” Ummi menanti jawaban, tapi keduanya belum paham. “Kalau Ummi jawabannya ‘ayam’. Kalau Nadya sama Hilmi apa?”, Ummi memancing keduanya dengan satu jawaban. Belum ada reaksi. Hilmi hanya memain-mainkan kepala di atas kasur. “hmm…apa di’…”, hanya itu yang keluar dari mulut Nadya. Akhirnya, Ummi melengkapi jawaban yang memungkinkan. “bisa angsa atau anjing. Sekarang kita lanjutkan”.

Apa nama hewan yang huruf pertamanya ‘b’? Kalau Ummi…bebek”, Ummi memancing lagi dengan satu jawaban. “Burung…”, jawab Nadya kemudian. Dia sudah paham dengan maksud soal. Hilmi belum bisa menjawab. Ummi selalu membantu membisiki Hilmi dengan satu jawaban lain.

Sesi tebak-tebakan berikutnya adalah nama-nama buah. Mulai dari huruf ‘a’ juga. Hilmi masih selalu dibantu oleh Ummi. Nadya juga kadang-kadang dibantu jika kesulitan menemukan jawaban yang tepat. “Sekarang buah yang huruf pertamanya ‘d’. ummi jawab durian”, seru Ummi sambil menanti jawaban dari peserta yang lain. Nadya berpikir agak lama. Hilmi belum nyambung dan masih meminta ‘bocoran’ dari Ummi. Seperti sebelumnya, Ummi membisikkan satu jawaban pada Hilmi dengan suara keras, sehingga terdengar pula oleh Nadya. “Hilmi jawab delima”, bisik Ummi. Sebelum Hilmi menjawab, Nadya mendahuluinya dengan jawaban yang diinspirasi dari bisikan Ummi tadi. “de-empat (d4)”, seru Nadya yakin dengan jawabannya. Sontak Ummi tertawa mendengarnya, sementara Nadya hanya senyam-senyum kebingungan karena tidak pahan kenapa jawabannya ditertawakan.


[+/-] Selengkapnya...

Kutu Rambut

Kasian Nadya. Dia kutuan setelah sebulan lebih tinggal di Depok. Ummi menemukan beberapa ekor kutu di kepalanya, juga beberapa telur kutu. Ummi memeriksa kepala Nadya karena melihat Nadya sering garuk-garuk kepala saat bermain dan menjelang tidur.

Usut punya usut, ternyata kutu di kepala Nadya bersumber dari teman sepermainannya, Yulia. Menurut informasi dari ‘nenek’, tuan rumah tempat kami ngekost, Yulia yang berseblahan rumah dengannya itu sudah lama punya kutu, tepatnya sarang kutu di kepalanya.
Kemungkinan binatang menjijikkan sekaligus merepotkan itu pindah dari kepala Yulia ke kepala Nadya saat sering main bersama. Maklum, mereka sering sekali berdekatan kepala saat main boneka bersama, atau main tidur-tiduran.

Ummi mencoba menelusuri helai demi helai rambut Nadya. Ummi berharap bisa menemukan semua kutu yang ada di kepala Nadya. Hasilnya tidak memuaskan. Nadya tetap garuk-garuk kepala malam harinya, padahal Ummi sudah merasa tidak melewatkan satu helaipun rambut Nadya. Akhirnya, kami memutuskan untuk membasmi kutu Nadya dengan peditoks. Obat ini diyakini banyak orang mampu memberantas kutu sekalian dengan telur-telurnya.

Esoknya, Ummi membeli peditoks di ITC Depok. Harganya sangat murah, Rp 1.000,- per botol kecil, cukup untuk membasmi kutu 10 orang. Malam harinya, peditoks dilumurkan pada kepala Nadya, lalu dibungkus kain. Alhamdulillah, hasilnya langsung kelihatan. Setelah diperiksa, kutu dan telurnya sama sekali sudah hilang dari kepala Nadya.
Masalah belum selesai. Sumbernya belum dibasmi. Yah, kepala Yulia, teman Nadya. Sampai tulisan ini dibuat, kami belum menemukan cara yang tepat untuk memberi Yulia peditoks. Kami khawatir, ibunya tersinggung.

[+/-] Selengkapnya...

Friday, January 22, 2010

Tiga Tahun Calon Mujahidku

by: Abi

Hilmi, anakku...
Tiga tahun usiamu kini
dengan tiga huruf hijaiyah yang dapat kau baca
kuharap jadi modalmu untuk jadi seorang hafidz


Hilmi, anakku...
Tiga tahun sudah kau warnai dunia
dengan sifatmu yang agak penakut
kuharap jadi modalmu untuk jadi seorang mujahid

Hilmi, anakku...
Tiga tahun genap usiamu
dengan sikap manjamu pada ummimu
kuharap jadi modalmu untuk menemukan surga
di bawah telapak kakinya
tetaplah rebahkan kepalamu di pelukannya

[+/-] Selengkapnya...

Tuesday, January 19, 2010

Cerita untuk Anak

Ini bukan judul sebuah tayangan televisi pada era tahun 1980-an yang sangat digemari anak-anak itu. Ini hanya sebuah model komunikasi antara Abi dengan kedua buah hatinya; Nadya & Hilmi.

Mulanya, Nadya meminta Abi membacakan cerita dalam majalah anak-anak miliknya. Saat membacakan cerita dalam majalah itu, Abi melakukan improvisasi. Ada cerita lain yang serupa yang dituturkan Abi pada Nadya yang juga turut didengarkan oleh Hilmi. Karena merasa terkesan, Nadya & Hilmi kembali meminta Abi untuk bercerita sebelum mereka tidur. Sejak saat itu, Abi jadi sering mengantar tidur Nadya & Hilmi dengan cerita atau dongeng, meskipun tidak setiap malam. Ini berlangsung sejak awal tahun 2010.

Bentuk cerita Abi macam-macam. Kadang-kadang mengangkat penggalan kisah para nabi (Musa, Yusuf, Ibrahim, Muhammad, dll). Kadang pula kisah menarik dibalik peristiwa bersejarah seperti sikap itsar (mendahulukan orang lain dalam kebaikan) dari 3 orang sahabat Rasulullah saw yang terluka dalam sebuah peperangan, atau kisah tentang 3 orang sholeh (yang disetting menjadi 3 anak sholeh) yang terjebak dalam gua lalu bertawassul. Abi juga kadang menceritakan beberapa dongeng yang sifatnya mendidik.

Kisah mana yang Abi angkat ketika akan bercerita umumnya dipilih secara acak, kecuali kalau ada kondisi lain. Misalnya, ketika suatu hari Abi kaget karena Nadya & Hilmi mulai berbohong. Maka pada malam harinya, Abi memilih topik tentang “bahaya dusta & perlunya kejujuran”. Waktu itu, salah satu dongeng yang Abi angkat adalah cerita tentang seseorang yang dimangsa oleh harimau akibat dusta yang dilakukannya 2 hari sebelumnya.

Bagaimana respon Nadya & Hilmi atas cerita Abi? Hilmi tidak terlalu menampakkan keseriusannya dalam mendengarkan cerita Abi, tapi tetap memperhatikan sambil membolak-balikkan badannya, kadang menghadap ke Abi, kadang pula membelakanginya. Berbeda dengan Hilmi, Nadya selalu serius mendengarkan Abi bercerita dengan posisi badan selalu menghadap Abi sambil menatap Abi serius. Isi ceritanya pun disimak dengan baik. Secara umum, mereka tertarik. Mereka selalu minta Abi menceritakan kisah yang lain lagi ketika selesai dengan sebuah kisah.

Suatu hari, cerita Abi agak seram. Abi bercerita tentang siksaan di neraka bagi orang yang suka berbohong, “lidahnya dipotong-potong”, kata Abi bercerita. Ditambah lagi kisah seorang anak yang akhirnya dimangsa oleh harimau gara-gara mendustai penduduk suatu kampung. Nadya & Hilmi nampak ketakutan. Hilmi berusaha menghentikan cerita Abi dengan mengatakan,”sudah jam 9, bobo Yuk!!!” Nadya tetap setia mendengarkan, tapi setelah itu dia menangis tanpa alasan yang jelas. Melihat hal itu, Abi mencoba menjernihkan suasana. Abi mengajak mereka berdo’a untuk meminta tolong pada Allah agar jadi anak yang tidak suka berbohong dan dijaga dari binatang buas. Mereka pun akhirnya bisa tidur dengan nyenyak.




[+/-] Selengkapnya...

Insya Allah (2)

Jangan Anda kira hanya orang baligh yang bisa terkabulkan do'anya. Anak-anak pun tidak menutup kemungkinan untuk diijabah do'anya oleh Allah SWT. Ini dialami oleh Nadya dan Hilmi.

Suatu hari ketika ikut Ummi belanja di Alfamart, Nadya & Hilmi keliling-keliling berdua di seputar rak berisi makanan dan minuman. Ketika melihat barisan susu botol kemasan kecil mereka menyapa barisan susu itu seraya berujar,”insya Allah ya, insya Allah ya…”. Seakan-akan mereka ingin mengatakan kepada barisan susu itu, “tunggu saya ya… kalau memang rezeki, nanti saya akan beli kamu.

Esoknya, Ummi ketemu temannya di Detos, amah Andini. Saat bertemu, Andini menitip bingkisan untuk Nadya & Hilmi. Alangkah terkejutnya Ummi ketika melihat isi kantongan yang memuat beberapa botol susu seperti yang ‘disapa’ Nadya & Hilmi di Alfamart kemarin. Ternyata do’a mereka terkabul, pikir Ummi.


[+/-] Selengkapnya...

Friday, January 15, 2010

Kita, Bukan Orangtua Malaikat

Ayah, Ibu…
Setiap anak yang diturunkan ke dunia
lahir dalam keadaan fitrah, bukan?
kullu mauluudin yuladu ‘alal fitrah, faabawahu

Karena anak lahir dengan fitrah,
bukankah berarti tak satupun anak ketika lahir
berniat menghancurkan masa depannya?
Tak ada satupun bayi ketika lahir berniat di kepalanya
ah, jika besar nanti aku akan hobi tawuran atau kebut-kebutan
atau pernahkah ia berkata
jika besar nanti aku akan mencuri uang orangtua” “ah jika besar nanti aku mau membangkang pada ibu dan ayah
Adakah anak yang berniat begitu, Ayah?

Tetapi, mengapa sebagian anak-anak ini
yang lahir cantik, rupawan, lucu dan menggemaskan
setelah ia beranjak remaja dan dewasa justru menjadi beban keluarga
dan menjadi masalah untuk lingkungannya?
Ada apa ini…?

Ayah, Ibu…
Sebagian perilaku negatif anak, orangtualah penyebabnya.
Periksalah, ternyata sebagian anak
justru dijatuhkan harga dirinya di rumah, bukan di luar rumah

Sebagian kita mungkin pernah memukul tubuhnya,
seolah tubuh anak adalah barang pelampiasan amarah kita.
Sebagian kita mungkin pernah menampar pipinya,
seolah ia tempat empuk bagi telapak tangan kita.
Sebagian kita mungkin pernah membentaknya,
sambil berteriak dalam hati: akulah yang berkuasa!

Atau mungkin…kita tak pernah melakukan semua itu? Tapi tahukan Ayah, Ibu,
sebagian anak memang tak pernah dipukul, tak pernah dicubit, tak pernah dibentak,
tapi jarang sekali anak yang lolos untuk tidak disalahkan orangtua.
Mulai dari buka mata di pagi hari sampai kembali menutup mata di sore hari

Ayah, Ibu…
Karena sebagian anak jatuh harga dirinya di rumah, tanpa kita sadari,
ada sebagian anak yang tak betah berada di samping orangtua.
Panas hatinya jika mendengar ‘ceramah-ceramah’ otangtuanya dan overdosis nasihat yang ia terima.
Padahal judulnya: agar mereka masuk surga!

Karena sebagian anak dijatuhkan harga dirinya di rumah,
akhirnya mereka tak betah berada di rumah.
Rumah baginya hanyalah tempat tidur sementara,
ia lalu mencari harga diri, berkelana mencari surge,
mencari orang-orang yang akan menghargai dirinya

Wahh…ternyata teman-teman ganknya bisa menghargainya
Lalu dalam hati ia berkata:
Hmm…ternyata aku dihargai jika aku pamer perkasa
Aku ternyata perkasa jika menghisap ganja,
aku gembira jika bisa menyusahkan siapa saja…
Lalu kita pun bersumpah serapah
lingkungan rusak! Mereka merenggut anak-anakku!

Apakah itu yang kita inginkan, Ayah, Ibu?
Jika tidak, hormatilah jiwa anak-anak kita
Bukan sekedar uang,jajanan,mainan dan sekolah mahal semata
Itu semua penting
Tapi perkataan dan perlakuan penuh cinta dari Anda,
Adalah warisan terindah untuk masa depan mereka

By: Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari-Pendiri Sekolah Orangtua PSPA
(dikutip dari majalah Ummi)


[+/-] Selengkapnya...

Astaghfirullaah…, Mereka Mulai Berbohong

Alangkah sedih rasanya mengetahui buah hati kita berbohong. Sedih dan pilu. Betapa tidak. Bohong adalah salah satu sifat tercela. Bohong dapat menjadikan seseorang menjadi pengecut, tukang fitnah, khianat, dan munafik. Bukan hanya itu. Sebuah kebohongan biasanya akan melahirkan kebohongan-kebohongan baru lagi. Namun demikian, harus dipahami bahwa jika seorang anak sudah mulai berbohong, maka pasti ada penyebabnya, ada pemicunya. Itulah yang harus ditelusuri.

Tiga hari yang lalu, Nadya ketahuan berbohong. Begini ceritanya. Saat bermain di teras rumah pemilik kamar kost yang kami huni, Nadya diberi 4 biji jeruk manis oleh ‘nenek’, Si empunya rumah. Rupanya Nadya memasukkan keempat jeruk itu ke dalam tas mainannya. Dia tidak memberitahu siapa-siapa tentang keempat jeruk tersebut, tidak pada Abi, Ummi, ataupun Hilmi.

Malam harinya, seperti biasa kami berkumpul di kamar setelah makan malam. Iseng-iseng Abi membuka tas mainan Nadya. Melihat ‘ulah’ Abi, Nadya seperti ketakutan, kemudian bersembunyi di dapur. Abi lalu memanggil Nadya dan menanyakan perihal keempat jeruk tadi. Santai saja, tidak dengan nada marah. Tapi, Nadya tetap bersembunyi di dapur. Ketakutan. Ummi lalu memanggilnya dengan lebih lembut, lalu bertanya pada Nadya mengapa takut dan mengapa ada jeruk di dalam tasnya. Akhirnya, Nadya menjelaskan perihal jeruk tersebut.
Rupanya, jeruk itu hendak dimakannya sendiri tanpa sepengetahuan Abi dan Ummi. Nadya khawatir manakala meminta izin pada Abi atau Ummi untuk memakan jeruk itu, dia akan kena marah. Maka jeruk itu pun disembunyikannya di dalam tas untuk kemudian dimakan pada ‘saat yang tepat’.

Seperti tertular, Hilmi ikut-ikutan mulai bohong. Kejadiannya berlangsung kemarin saat dia main di halaman rumah kost kami. Beberapa saat setelah main, dia datang memperlihatkan kedua telapak tangannya yang kotor, minta dibersihkan. Abi bertanya, mengapa bisa kotor tangannya, dan Hilmi menjawabnya dengan berbohong. “Tadi mauka’ duduk, baru pegang tanah”, jelasnya. Setelah beberapa kali mendapat pertanyaan yang sama, barulah ia mengatakan yang sebenarnya bahwa ia jatuh saat berlari.
Hilmi berbohong karena takut bilamana ketahuan jatuh saat berlari, maka Abi akan memarahinya, seperti biasa. Dia tidak ingin Abi kembali menyalahkannya karena tidak hati-hati saat berlari.

Malam harinya, Nadya kembali berbohong. Kali ini tentang sebiji permen yang dimakannya. Permen yang diberikan oleh seorang tetangga diakuinya diperoleh di kursi yang ada di teras rumah kost kami. Astaghfirullaah….

Dengan kejadian-kejadian itu, Abi dan Ummi merasa perlu untuk mengurangi teguran pada mereka. Marah, lebih-lebih lagi, harus dihentikan. Teguran berlebihan dan marah itulah yang menjadi penyebab mereka terpaksa berbohong. Hal itu mereka lakukan untuk menjaga ‘harga diri’ mereka agar tidak selalu dimarahi atau disalahkan seakan-akan mereka tak mampu melakukan hal yang benar.

[+/-] Selengkapnya...

Saturday, January 2, 2010

Ice Cream Day

LombaBlogDepok

Mau bagaimana lagi? Dipahamkan tentang efek negatifnya, mereka tidak percaya. Diberi penjelasan tentang kondisi keuangan orangtua, mereka belum mengerti. Dialihkan dengan makanan lain, mereka tidak terpengaruh. Es krim yang lewat tiap hari di depan tempat kost kami sangat menggoda Nadya & Hilmi. Wajar jika mereka terus-terusan minta dibelikan.

Makanya, ketika untuk kesekian kalinya mereka minta lagi untuk dibelikan es krim, mereka tidak lagi menerima jawaban “insya Allah kalau abi ada tambahan rezki, ya…”. Akhirnya, es krim itu bisa mereka nikmati juga.

Tapi, seperti yang kami khawatirkan sebelumnya, mereka jadi ketagihan. Ketika penjual es krim lewat lagi di depan tempat kost kami, mereka minta dibelikan lagi. Dalih macam-macam tidak mereka terima lagi. Ummi mencoba memberikan pengertian bahwa mereka akan sering makan es krim, tapi hanya tiap hari minggu saja. Alhamdulillah, mereka bisa terima dengan senang hati. Jadilah hari minggu itu ditetapkan sebagai ‘ice-cream-day’. Tetapi kemudian berubah menjadi hari selasa karena agak sulit mendapatkan es krim pada hari minggu.

Ide ‘ice-cream-day’ itu ummi baca dari Majalah Ummi. Sejak penetapan ‘ice-cream-day’ itu, mereka jadi sering menanyakan tentang ‘hari’.
Nadya: sekarang hari apa,Ummi?
Ummi: hari rabu, Nak
Nadya: kalau besok, hari apa?
Ummi: Kamis
Nadya: Trus hari apa lagi, Mi’?

Demikian dialog yang sering terjadi antara Nadya & Ummi kalau Nadya sedang ingin makan es krim. Alhamdulillah, hingga kini Nadya & Hilmi masih konsisten dengan penetapan ‘ice-cream-day’. Kalau bukan hari selasa, mereka bisa menerima jika tidak dibelikan es krim.

Depok, 2 Jan 2010

[+/-] Selengkapnya...

4 Tahun Usiamu

by: Abi

Empat tahun sudah usiamu
tetap saja
tanpa pesta, tanpa perayaan

masih lugu,
kamu hanya minta kado sekedarnya
mainan tua di keranjang yang dibungkus pun kamu terima

masih lugu,
lampu dimatikan…lalu dinyalakan…
disambut ucapan ‘selamat’ abi dan ummi
bagimu seperti prosesi ‘tiup lilin’
gundukan nasi kuning di mangkuk kecil
kreasi insidentil ummi
kamu anggap sebagai ‘nasi tumpeng’

kebahagian terbesarmu nampak
saat…
sesendok nasi kuning kau tuang
pada piring ummi dan abi
senyummu merekah
tawamu meledak
engkau masih Nadya yang lugu nan sederhana
met ultah, anakku

Depok, 31 Des 2009

[+/-] Selengkapnya...

Keluarga NHA

Keluarga NHA