Tuesday, January 11, 2011

Biarkan Saja

Abi, tiga puluh tambah tiga puluh satu berapa?” tiba-tiba saja Nadya bertanya soal hitungan sepulang dari mengaji sore kemarin. Karena merasa hanya pertanyaan sepintas, saya tidak menanggapinya serius. Ketika Nadya menanyakannya sekali lagi, saya hanya jawab “belum waktunya Nadya tahu.”

Sesaat kemudian, saya sadar bahwa tidak sepantasnya menghambat rasa ingin tahu anak. Tapi saya juga penasaran, kenapa Nadya tiba-tiba mau tahu penjumlahan bilangan yang terbilang besar seperti angka 31 dan 30 itu. Maka saya coba menanyainya. “Memangnya kenapa Nadya mau tahu 31 tambah 30. Ada yang tanya?” Dia menjawab, “Tadi, aku Cuma pikir-pikir sendiri. Bagaimana caranya menghitung tambah-tambah kalau tidak cukup lagi pakai tangan sama kaki?

Akhirnya, saya coba menjelaskan penjumlahan seperti itu dengan cara yang sederhana. Alhamdulillaah, Nadya bisa memahami. Penjumlahan yang angka depannya dijumlahkan sendiri dan angka belakangnya dijumlahkan sendiri juga. Tentu saja hanya sampai di situ dulu. Saya sengaja tidak melanjutkan dengan penjumlahan yang jumlah angka-angka belakangnya lebih dari sepuluh.

Beberapa hari sebelumnya, Nadya memang sudah belajar bagaimana menjumlahkan bilangan yang masih bisa dihitung dengan menggunakan tangan dan kaki. Ummi yang mengajarinya. Tapi itu atas kemauan Nadya sendiri. Penambahan bilangan yang jumlahnya hanya sampai sepuluh sudah lama diketahuinya, bahkan tanpa menggunakan jari-jari tangan. Lagi-lagi itu bermula dari rasa ingin tahu Nadya sendiri tanpa ada agenda untuk mengajarinya.
Menjumlahkan bilangan 31 dan 30 untuk anak seusia Nadya yang baru saja berulang tahun yang ke-5 memang terasa terlalu cepat, tapi biarkan saja jika dia sudah mau tahu. Biarkan dia mengeksplorasi dirinya sendiri. Sebagai orangtua, saya dan Ummi wajib memfasilitasinya, sebisa yang kami mampu, tentunya.

No comments:

Keluarga NHA

Keluarga NHA