Nadya sudah pandai membaca, Hilmi baru bisa mengenal huruf. Hilmi sering mendengar kakaknya, Nadya membaca. Tentu Hilmi merasa kagum dan punya keinginan yang sama. Maka, ketika Nadya dibelikan buku bacaan, Hilmi juga diberi bagian.
Biasanya, setibanya di rumah (tepatnya, di kamar kos) kami, Nadya sudah tidak sabaran. Langsung saja dia buka bukunya dan dibacanya. Bagaimana dengan Hilmi?
Hilmi tidak mau kalah. Melihat kakaknya sedang membaca, dia pun membuka buku bacaannya. Tak lama kemudian, Hilmi pun terlihat sedang membaca, bahkan dengan suara yang cukup keras (karena pedenya). Kalimat demi kalimat mengalir dari mulutnya seakan membaca deretan huruf-huruf latin di buku tersebut. Ternyata, dia membaca berdasarkan gambar yang dilihatnya di buku tersebut.
Hilmi membaca cukup lancar layaknya anak yang betul-betul sudah pandai membaca. Kalimat yang satu dengan yang lainnya juga cukup berkaitan. Diam-diam, Nadya menyimpan rasa kagum dengan cara membaca adiknya itu. Nadya menyodorkan sebuah buku bacaannya untuk dibaca Hilmi. Puas dengan ‘kinerja’ adiknya, Nadya menyodorkan buku lain untuk kembali dibaca oleh Hilmi. Sampai-sampai Hilmi berujar “aduh, capek nih…bacanya”.
Saturday, March 19, 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Keluarga NHA

No comments:
Post a Comment