Pada Nadya, kecerdasan 'tambahan' itu agak negatif sifatnya. Kami biasa menyebutnya sebagai bentuk 'kalasi', sejenis akal-akalan untuk menghindar dari sesuatu yang dianggap merugikan.
Saat ini, mainan Nadya & Hilmi makin banyak. Sekali main, bukan hanya satu jenis mainan yang dihamburkan, tapi kadang-kadang beberapa sekaligus. Akibatnya, ruang keluarga dan ruang tamu sering nampak berantakan sekali. Kalau mainan itu sudah tidak dihiraukan lagi, seringkali kami meminta mereka berdua untuk merapikannya kembali, memasukkan dalam tempatnya masing-masing. Saat itu Nadya mulai 'kalasi'. "Saki' kakiku ummi. Hilmimo saja pungut mainan", ujar Nadya. Atau dengan kalimat dan alasan lain. "Ayomi Hilmi, beleskan mainan. Saya pegang dosnya saja".
Di didi lain, Nadya juga makin memperlihatkan kecerdasan verbalnya, kecerdasan berbahasa. Baru-baru ini, ada sedikit kelebihan rezeki untuk beli mainan baru. Anak-anak pun telah dijanji untuk beli mainan. Waktu makan siang tiba, mereka disiapkan untuk makan siang. Sayangnya, mereka lagi malas makan, sehingga menolak diberi makan. Ummi coba mengancam. "Kalau tidak makan, tidak usah beli mainan. Pilih mana?", ancam ummi. Serta-merta Nadya menjawab,"Tidak usah makan, beli mainan saja". Nah, pilihan yang sulit, kan?
Hilmi lain lagi. Sejak tiga hari yang lalu, dia tidak mau gosok gigi kalau mandi. Kami kurang tau persis penyebabnya. Mungkin lagi ngilu terasa ketika disikat. Untuk memancing kemauannya, kami lagi-lagi mengancamnya. "Tidak boleh minum susu kalau belum sikat gigi", ancam abi tegas. Dalam usianya yang baru genap 2 tahun, Hilmi menjawab tak terduga,"Cudah gagah Hilmi, tidak usah cikat gigi". hehehe...spontan kami tertawa.
No comments:
Post a Comment