

Hilmi punya banyak teman di Kober, khususnya di Gg.Kesadaran, tempat kami ngekost. Sebagian besar mereka berasal dari keluarga Betawi. Dalam keseharian, mereka bercakap dalam bahasa Melayu dengan logat Betawi. Suatu hari Hilmi sedang main bersama kakaknya dan teman-temannya yang lain. Salah seorang temannya yang masih tergolong “adik” Hilmi tersebut sering mengganggunya dengan cara menarik-narik bajunya, merampas mainannya, bahkan mencubitinya. Hilmi tak ingin membalasnya, tapi sangat jengkel dan marah pada anak tersebut. Karena sakit hati dan sangat jengkel pada anak tersebut, Hilmi hanya bisa menangis sambil berteriak memaki-makinya; gue’lu… gue’lu…
No comments:
Post a Comment