Bulan Ramadhan 1440 H sudah tiba. Keluarga Abi dan Ummi sudah siap melaksanakan ibadah puasa dan rangkaian ibadah-ibadah lainnya. Bagi keluarga kami, ini adalah puasa pertama sejak tinggal di Perumahan Madani Land, Tamangapa. Aisyah pun menyatakan kesiapannya untuk ikut puasa.
"Aisyah juga ikut puasa toh, nak", tanya Ummi pada Aisyah pada malam tanggal 1 Ramadhan 1440 H. "Iya, Ummi. Mauka juga puasa", jawabnya mantap.
Hari pertama puasa, Ummi, Abi, Nadya, dan Hilmi makan sahur pukul 4 dini hari. Aisyah belum bisa ikut, masih tertidur pulas. Hari itu Aisyah libur. TKIT Mutiara meliburkan siswa selama sepekan pada awal bulan Ramadhan. Rupanya Aisyah tidak tahan untuk tidak minum susu. Pukul 9 pagi setelah bermain, Aisyah menghampiri Ummi sambil berbisik, "Ummi, tidak jadika puasa dulu hari ini nah. Batalma' saja. Mauka minum susu". Hehehe... Hari pertama puasa pun gagal.
Hari-hari berikutnya sama saja. Aisyah membatalkan sendiri niat puasanya karena ingin minum susu. Aisyah baru merasakan puasa saat masuk sekolah setelah libur sepekan. Waktu itu, Ramadhan sudah menginjak hari ke-8. Aisyah mulai puasa sejak pukul 07.00. Sahurnya (baca: sarapan) pun seadanya. Hanya segelas susu, 150 ml.
Sebenarnya Aisyah menyiapkan bekal makanan di dalam tasnya untuk dimakan dan diminum di sekolah, sebagaimana hari-hari biasanya sebelum Ramadhan. Ternyata di sekolahnya (kelas TK A), guru-guru sudah mulai mengajari siswa-siswinya untuk belajar puasa. Mereka tidak diperbolehkan makan dan minum sebelum pukul 12 siang. Yah, puasa setengah hari istilahnya. Aisyah pun menuruti aturan itu.
Setibanya di rumah, Aisyah menceritakan pengalaman puasa pertamanya di sekolah. "Puasaka' tadi, Ummi. Tidak makan, tidak minum, minum susu juga tidak boleh. Jam 12 pi boleh", tuturnya mulai bercerita. "Bu Dilah bilang anak Mutiara harus puasa", lanjutnya. "Waktu baring-baring ka' di lantai, nakira Bu Dilah mengantukma. Nabilang: mengantukmi Aisyah. Padahal laparka", ceritanya panjang-lebar. Hehehe... Ummi menghiburnya dan mengapresiasi pengalaman Aisyah. "Pintarnya anakku. Berarti Aisyah sudah bisa rasa bagaimana orang miskin lapar karena mereka tidak punya makanan, nak".
Begitulah Aisyah melalui hari-harinya ketika belajar puasa.
Thursday, May 16, 2019
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Keluarga NHA

No comments:
Post a Comment