Saturday, October 28, 2023

Paru-paru Nadya (bagian-1)

Jum'at siang itu, Ummi menelpon berkali-kali ke nomor HP Abi, tapi tidak dijawab karena Abi sedang mengajar di kampus. Selesai mengajar, Abi baru membuka HP. Abi membuka WA. Selain panggilan tidak terjawab, ternyata sudah ada beberapa chat Ummi disertai emoticon menangis. Nadya dibawa ke rumah sakit. Darah keluar dari mulutnya. Abi kaget dan langsung menelpon balik Ummi. Ummi menceritakan pembicaraannya dengan Sus Titin, petugas klinik MAN ICG yang sedang bertugas hari itu. 

Tiket pesawat Makassar-Gorontalo sudah Abi booking. Ummi harus segera ke Gorontalo. Nadya sakit dan tidak berhenti menangis. Sus Titin yang minta Ummi segera datang. Untungnya, tiket belum Abi beli. Beberapa menit kemudian, Ummi mengabari tidak jadi ke Gorontalo. Bu Kamad, Ummi Cicha menyarankan Nadya dibawa ke Makassar saja. Kebetulan Ummi Cicha juga mau ke Makassar besok karena ada kegiatan yang harus diikuti. Nadya pun dipesaankan tiket Garuda Gorontalo-Makassar untuk Sabtu besoknya (14 Oktober 2023). 

Abi, Ummi, dan Aisyah menjemput Nadya di Bandara Sultan Hasanuddin. Sesuai saran dan Sus Titin, Nadya langsung dibawa ke rumah sakit, tepatnya ke IGD RSUH, Makassar. Bahkan Ummi sudah menyiapkan tas dan perlengkapan menginap di rumah sakit sekiranya diperlukan untuk opname. Berdasarkan hasil pemeriksaan foto rontgen sebuah klinik di Gorontalo, ada masalah pada paru-paru Nadya. Nadya didiagnosa Bronchitis. Abi dan Ummi sebenarnya tidak melihat gejala yang mengkhawatirkan pada diri Nadya. Secara fisik, Nadya tidak lemas. Selama di mobil dalam perjalanan dari Bandara ke RSUH Nadya tetap bercerita seperti biasa ketika pulang ke Makassar, meskipun tidak sesemangat ketika pulang berlibur.  

Tiba di IGD RSUH, Nadya langsung diperiksa untuk observasi. Dokter dan pendampingnya heran. Tidak tampak sesuatu yang emergency pada diri Nadya. Begitu kata dokter. Hasil pemeriksaan di IGD normal semua; tekanan darah normal, suhu tubuh normal, pemeriksaan dengan stetoskop juga biasa saja. Dokter menyarankan untuk dibawa pulang karena tidak ada indikasi gawat/emergency. Abi dan Ummi sebenarnya sangat gembira, tapi apa yang dialami selama 2 hari di sekolah dan hasil rontgen disampaikan kepada dokter IGD. Dokter menyarankan Nadya dibawa ke poliklinik RSUH saja hari Senin (sekarang Sabtu) atau jika ingin segera tahu kondisi Nadya, disarankan dibawa ke dokter praktik spesialis paru-paru. Abi dan Ummi pun langsung membawa Nadya ke dr. Amiruddin, Sp.A(K). (spesialis paru-paru).

Dr. Amiruddin memeriksa Nadya, kemudian melakukan tes Tubercolin yang akan dilihat hasilnya hari Senin nanti. Dokter juga memberi pengantar untuk melakukan pemeriksaan darah lengkap dan pemeriksaan sputum (dahak). Hari Senin pagi, Abi dan Ummi membawa Nadya ke Laboratorium Kesehatan milik Dinkes Pemprov Sulsel di depan BTP. Sore harinya, hasil pemeriksaan sudah selesai dan siap diperlihatkan kepada dr. Amiruddin. Dr. Amiruddin melihat lengan Nadya yang diberi tanda telah dilakukan tes Tuibercolin. Dokter juga melihat hasil pemeriksaan darah dan sputum. Semua hasilnya negatif. Dr. Amiruddin mengatakan bahwa Nadya tidak terindikasi mengalami sakit paru-paru. Dokter hanya menyarankan obat dari Gorontalo dihabiskan, terutama antibiotik. Seiring dengan hasil pemeriksaan tersebut, kondisi Nadya semakin membaik. Nadya tidak pernah mengalami apa yang dialaminya di Gorontalo yang menyebabkannya harus dibawa ke Makassar. Bahkan Nadya jarang batuk.

No comments:

Keluarga NHA

Keluarga NHA