Nenek Hilmi kalau datang dari Bulukumba biasanya membawa macam-macam makanan. Pisang goreng, kue-kue kering, jipang, dan yang lainnya. Dari sekian banyak kue-kue itu, Hilmi cenderung menyukai 'jipang' dibanding yang lainnya. Kue yang biasanya berbentuk balok itu dibuat dari bahan gula merah atau gula pasir. Kalau digigit akan bunyi kriuk..kriuk..
Lain lagi cerita saat kami nginap di rumah nenek Hilmi di Rappocini. Nenek Hilmi menyediakan 'bannang-bannang' untuk dinikmati bersama susu hangat. Nenek memperhatikan Hilmi yang kelihatan sangat menikmati kue yang juga dari bahan gula merah itu. Saat pulang ke BTP, nenek menghadiahkan kue 'bannang-bannang' yang sangat banyak.
Sesampainya di rumah, kue tersebut kami simpan dalam toples, tapi masih bersisa beberapa biji di luar toples. Tanpa pikir panjang, abi menyimpan sisa kue itu di dalam kulkas. Tentu saja, kue yang tadinya renyah ketika dimakan berubah menjadi kue yang agak sulit digigit dan dikunyah.
Heran, kalau lagi mau makan kue, Hilmi hanya mencari kue 'bannang-bannang' itu. Ketika yang di dalam toples sudah habis, meskipun agak repot, Hilmi tetap saja melahap 'bannang-bannang' yang dari dalam kulkas, padahal agak sulit digigit. Dasar Hilmi...
No comments:
Post a Comment