Friday, January 15, 2010

Kita, Bukan Orangtua Malaikat

Ayah, Ibu…
Setiap anak yang diturunkan ke dunia
lahir dalam keadaan fitrah, bukan?
kullu mauluudin yuladu ‘alal fitrah, faabawahu

Karena anak lahir dengan fitrah,
bukankah berarti tak satupun anak ketika lahir
berniat menghancurkan masa depannya?
Tak ada satupun bayi ketika lahir berniat di kepalanya
ah, jika besar nanti aku akan hobi tawuran atau kebut-kebutan
atau pernahkah ia berkata
jika besar nanti aku akan mencuri uang orangtua” “ah jika besar nanti aku mau membangkang pada ibu dan ayah
Adakah anak yang berniat begitu, Ayah?

Tetapi, mengapa sebagian anak-anak ini
yang lahir cantik, rupawan, lucu dan menggemaskan
setelah ia beranjak remaja dan dewasa justru menjadi beban keluarga
dan menjadi masalah untuk lingkungannya?
Ada apa ini…?

Ayah, Ibu…
Sebagian perilaku negatif anak, orangtualah penyebabnya.
Periksalah, ternyata sebagian anak
justru dijatuhkan harga dirinya di rumah, bukan di luar rumah

Sebagian kita mungkin pernah memukul tubuhnya,
seolah tubuh anak adalah barang pelampiasan amarah kita.
Sebagian kita mungkin pernah menampar pipinya,
seolah ia tempat empuk bagi telapak tangan kita.
Sebagian kita mungkin pernah membentaknya,
sambil berteriak dalam hati: akulah yang berkuasa!

Atau mungkin…kita tak pernah melakukan semua itu? Tapi tahukan Ayah, Ibu,
sebagian anak memang tak pernah dipukul, tak pernah dicubit, tak pernah dibentak,
tapi jarang sekali anak yang lolos untuk tidak disalahkan orangtua.
Mulai dari buka mata di pagi hari sampai kembali menutup mata di sore hari

Ayah, Ibu…
Karena sebagian anak jatuh harga dirinya di rumah, tanpa kita sadari,
ada sebagian anak yang tak betah berada di samping orangtua.
Panas hatinya jika mendengar ‘ceramah-ceramah’ otangtuanya dan overdosis nasihat yang ia terima.
Padahal judulnya: agar mereka masuk surga!

Karena sebagian anak dijatuhkan harga dirinya di rumah,
akhirnya mereka tak betah berada di rumah.
Rumah baginya hanyalah tempat tidur sementara,
ia lalu mencari harga diri, berkelana mencari surge,
mencari orang-orang yang akan menghargai dirinya

Wahh…ternyata teman-teman ganknya bisa menghargainya
Lalu dalam hati ia berkata:
Hmm…ternyata aku dihargai jika aku pamer perkasa
Aku ternyata perkasa jika menghisap ganja,
aku gembira jika bisa menyusahkan siapa saja…
Lalu kita pun bersumpah serapah
lingkungan rusak! Mereka merenggut anak-anakku!

Apakah itu yang kita inginkan, Ayah, Ibu?
Jika tidak, hormatilah jiwa anak-anak kita
Bukan sekedar uang,jajanan,mainan dan sekolah mahal semata
Itu semua penting
Tapi perkataan dan perlakuan penuh cinta dari Anda,
Adalah warisan terindah untuk masa depan mereka

By: Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari-Pendiri Sekolah Orangtua PSPA
(dikutip dari majalah Ummi)


No comments:

Keluarga NHA

Keluarga NHA