Friday, January 15, 2010

Astaghfirullaah…, Mereka Mulai Berbohong

Alangkah sedih rasanya mengetahui buah hati kita berbohong. Sedih dan pilu. Betapa tidak. Bohong adalah salah satu sifat tercela. Bohong dapat menjadikan seseorang menjadi pengecut, tukang fitnah, khianat, dan munafik. Bukan hanya itu. Sebuah kebohongan biasanya akan melahirkan kebohongan-kebohongan baru lagi. Namun demikian, harus dipahami bahwa jika seorang anak sudah mulai berbohong, maka pasti ada penyebabnya, ada pemicunya. Itulah yang harus ditelusuri.

Tiga hari yang lalu, Nadya ketahuan berbohong. Begini ceritanya. Saat bermain di teras rumah pemilik kamar kost yang kami huni, Nadya diberi 4 biji jeruk manis oleh ‘nenek’, Si empunya rumah. Rupanya Nadya memasukkan keempat jeruk itu ke dalam tas mainannya. Dia tidak memberitahu siapa-siapa tentang keempat jeruk tersebut, tidak pada Abi, Ummi, ataupun Hilmi.

Malam harinya, seperti biasa kami berkumpul di kamar setelah makan malam. Iseng-iseng Abi membuka tas mainan Nadya. Melihat ‘ulah’ Abi, Nadya seperti ketakutan, kemudian bersembunyi di dapur. Abi lalu memanggil Nadya dan menanyakan perihal keempat jeruk tadi. Santai saja, tidak dengan nada marah. Tapi, Nadya tetap bersembunyi di dapur. Ketakutan. Ummi lalu memanggilnya dengan lebih lembut, lalu bertanya pada Nadya mengapa takut dan mengapa ada jeruk di dalam tasnya. Akhirnya, Nadya menjelaskan perihal jeruk tersebut.
Rupanya, jeruk itu hendak dimakannya sendiri tanpa sepengetahuan Abi dan Ummi. Nadya khawatir manakala meminta izin pada Abi atau Ummi untuk memakan jeruk itu, dia akan kena marah. Maka jeruk itu pun disembunyikannya di dalam tas untuk kemudian dimakan pada ‘saat yang tepat’.

Seperti tertular, Hilmi ikut-ikutan mulai bohong. Kejadiannya berlangsung kemarin saat dia main di halaman rumah kost kami. Beberapa saat setelah main, dia datang memperlihatkan kedua telapak tangannya yang kotor, minta dibersihkan. Abi bertanya, mengapa bisa kotor tangannya, dan Hilmi menjawabnya dengan berbohong. “Tadi mauka’ duduk, baru pegang tanah”, jelasnya. Setelah beberapa kali mendapat pertanyaan yang sama, barulah ia mengatakan yang sebenarnya bahwa ia jatuh saat berlari.
Hilmi berbohong karena takut bilamana ketahuan jatuh saat berlari, maka Abi akan memarahinya, seperti biasa. Dia tidak ingin Abi kembali menyalahkannya karena tidak hati-hati saat berlari.

Malam harinya, Nadya kembali berbohong. Kali ini tentang sebiji permen yang dimakannya. Permen yang diberikan oleh seorang tetangga diakuinya diperoleh di kursi yang ada di teras rumah kost kami. Astaghfirullaah….

Dengan kejadian-kejadian itu, Abi dan Ummi merasa perlu untuk mengurangi teguran pada mereka. Marah, lebih-lebih lagi, harus dihentikan. Teguran berlebihan dan marah itulah yang menjadi penyebab mereka terpaksa berbohong. Hal itu mereka lakukan untuk menjaga ‘harga diri’ mereka agar tidak selalu dimarahi atau disalahkan seakan-akan mereka tak mampu melakukan hal yang benar.

No comments:

Keluarga NHA

Keluarga NHA